Di Arab Tidak Ada, Kata Ustad Kondang Kuningan Halal Bihalal Dicetuskan oleh Bung Karno

24 April 2024, 18:25 WIB
Ustad Kondang Kabupaten Kuningan, K.H. Oban Sobani memberikan siraman rohani pada kegiatan halal bihalal SMPN 7 Kuningan. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Sebagian besar masyarakat di Negara Indonesia, kemungkinan besar mengira bahwa kebiasaan kegiatan halal bihalal paska Lebaran Idul Fitri setiap tahunnya berasal dari tradisi kebudayaan Negara Arab Saudi. Padahal di negara lahirnya Nabi Muhammad SAW, justru tidak ada kegiatan tersebut.

Orang-orang Arab Saudi tidak mengenal istilah halal bihalal. Hal itu telah dibuktikan oleh Ustad Kondang asal Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan, K.H. Oban Sobani ketika menjalankan ibadah haji beberapa tahun lalu karena dirinya penasaran dengan kegiatan halal bihalal yang sudah membudaya di Indonesia termasuk kota kuda.

Saat itu, ia sempat bertanya kepada rakyat Negara Maroko yang sudah 20 tahun tinggal di Negara Arab Saudi namun tidak mengetaui budaya tersebut. Begitu pula saat menanyakan kepada warga pribumi negara bersangkutan, jawabannya pun sama tidak mengetahui.

Baca Juga: Kabar Hoax Meninggalnya Acep Purnama Berseliweran, Ketua PCNU Kuningan: Sosoknya Masih Dibutuhkan Masyarakat

"Jadi, bahasa halal bihalal itu adalah Bahasa Arab tetapi orang Arabnya sendiri justru tidak tahu tradisi yang membudaya di kalangan masyarakat muslim Kuningan atau pun di Cibingbin," ujar Ustad Kondang, K.H. Oban Sobani ketika memberikan siraman rohani di acara halal bihalal SMPN 7 Kuningan.

Setelah searching di internet, ternyata diketahui bahwa awal mula kegiatan halal bihalal dicetuskan oleh Bung Karno. Saat itu telah dilaksanakan pemilihan umum (Pemilu) dan kebetulan setelah Lebaran Idul Fitri. Ajudan menanyakan kepada Presiden Pertama Republik Indonesia, nama acara untuk berkumpulnya, apa?.

Lalu, Bung Karno menyebut halal bihalal artinya saling memaafkan. Dari sejak itu, kegiatana halal bihalal membudaya di seluruh daerah di Indonesia baik yang diselenggarakan oleh pemerintahan, kelompok organisasi, perusahaan maupun keluarga.

Baca Juga: Tidak Mampu Menampung Ibadah Ribuan Murid, Sekda Lakukan Peletakan Pertama Bangunan Masjid SMPN 7 Kuningan

Sementara itu, istilah Bada yang sering disebut orang Sunda sebagai lebaran Idul Fitri. Tapi asal kata tersebut sebenarnya dari Bahasa Arab, yakni Ba'da artinya sesuai Bulan Suci Ramadan. Sedangkan esenesi Idul Fitri sendiri adalah seperti bayi yang baru lahir tanpa dosa atau kembali ke kesucian.

Maksud kesucian tersebut adalah Bulan Suci Ramadan karena sebagian masyarakat muslim yang tadinya jarang beribadah dan berbuat amal baik justru malah di bulan tersebut lebih ditingkatkan termasuk salat-salat sunah seperti Salat Tarawarih, tadarusan dan sebagainya.

Namun ada yang salah kaprah setelah Lebaran Idul Fitri karena banyak sekali orang yang mengatakan langsung atau berkirim pesan melalui whatsapp mengatakan, 'minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin'. Padahal penulisannya pun salah dan artinya juga tidak nyambung.

Baca Juga: Kondisi Ketua PDIP Kuningan Kritis dan Sampai Saat Ini Masih Belum Sadarkan Diri, Sakit Apakah?

Tulisan kalimat seharusnya adalah 'minal aidin walfaizin'. Artinya, 'Semoga menjadi orang yang suci dan menjadi orang yang beruntung'. Sehingga jawaban terpendeknya minimal menjawab, 'Aamiin', bukan malah bilang, sama-sama. Atau lebih baik menjawab,'Taqabbalallahu Minna Waminkum' karena artinya, 'Semoga Allah menerima amalanku dan amalan kalian'. (Iyan Irwandi/KC) ***

Dapatkan informasi terbaru dan terpopuler dari Kabar Cirebon di Google News 

 

Editor: Iyan Irwandi

Tags

Terkini

Terpopuler