Sehingga mulailah dia membobok tebing dengan cangkul dan linggis yang biasa digunakan untuk bertani.
Tekstur tanah tebing tersebut tidak begitu keras karena sebagian berasal dari batu cadas yang empuk. Entah berapa lama dia membuat gua tersebut.
Dia juga tidak mengingatnya karena gua dibuat dibuat kala senggang dari bertani kangkung serta genjer.
“Dibuatnya sih sekitar 6 tahun lalu kayaknya sekitar tahun 2017. Tidak berniat untuk menjadi tontonan orang juga. Karena ini lebih untuk peristirahatan kalau hujan deras dan menghindari petir, kalau di gubuk petir masih bisa menyambar walaupun gubuk tersebut berdinding,” ungkap Naryana sambil menunjuk gubuk berdinding kalsibor dan bambu berukuran kurang lebih 3 m X 4 m.
Di dalamnya terdapat ranjang kayu, di bagian atap tambang plastik tempat menyimpan sajadah dan kain sarung serta mukena. Dekat ranjang atau warga setempat menyebut amben juga ada tali untuk mengikat kangkung dan genjer.