3 Tingkatan atau Maqam Orang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali. Anda Termasuk Level Berapa di Ramadhan Ini?

- 26 Maret 2023, 14:42 WIB
Tingkatan orang yang berpuasa menurut Imam Al Ghazalir
Tingkatan orang yang berpuasa menurut Imam Al Ghazalir /Alena Darmel /Pexels

Inilah di antara makna peringatan sabda Nabi Muhammad SAW, seperti yang diriwayatkan oleh lmam Bukhari dan Muslim:"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang dusta, tindakan yang jahil, melainkan dia melakukannya, maka Allah tidak berkepentingan kepada puasanya orang tersebut."

Kemudian tingkatan kedua yakni shaum al-khushush. Ini merupakan puasanya orang-orang yang sudah sampai derajat istimewa, dimana puasa tidak lagi hanya mengendalikan keburukan syahwat perut dan kemaluan, tapi mampu mengendalikan dan mengontrol semua perilaku badan dan seluruh panca inderanya.

Baca Juga: Jelang Haji 2023, Pesawat Kargo Terbesar di Dunia Antonov 124-100, Mendarat di Bandara Kertajati Majalengka

"Matanya sudah dikendalikan dari melihat tontonan dan pemandangan yang sia-sia apalagi yang haram. Bahkan lisannya sudah dikendalikan dari mengatakan ucapan-ucapan yang sia-sia apalagi yang haram seperti bersaksi palsu, memfitnah, mengumpat, berdusta, mengado domba, memaki dan mencela orang,"katanya.

Tak hanya itu, telinganya pun telah dipelihara dari mendengarkan perkataan yang sia-sia. Apalagi perkataan yang haram. Dan seluruh anggota tubuhnya dikendalikan dari tindakan yang sia-sia. "Puasa semacam ini layak dikategorikan sebagai puasanya orang-orang saleh,"ucapnya.

Terakhir atau Ketiga, shaum khawas al-khawash, yakni puasanya orang-orang yang paling istimewa. Mereka berpuasa bukan sekadar menahan nafsu syahawat melainkan juga sudah menahan dan mengendalikan seluruh anggota badan serta dan panca indera dari segala perbuatan yang sia-sia dan haram.

Baca Juga: KABAR MAJALENGKA : Hukum Sikat Gigi di Bulan Ramadhan dan Resep Mengatasi Bau Mulut dari Dokter Spesialis Gigi

Puasanya orang-orang yang paling istimewa ini telah mengendalikan dan mengarahkan segenap potensi hati dan akalnya, fokus kepada zikir dan pikir yang baik. Sekaligus berzikir mengingat keagungan Allah dan berpikir merenung keajaiban ciptaan-ciptaan-Nya.

"Puasa pada derajat ini ini puasa yang paripurna, dimana dari mulai perut dan kemaluan, semua anggota badan, panca indera sampai kepada pikiran dan perasaan telah berpuasa. Itu dikendalikan dan dikontrol serta dikonsentrasikan hanya kepada satu objek, yakni Allah SWT,"ucapnya.

Derajat puasa seperti inilah maqam (tingkatan) puasanya para nabi dan para kekasih Allah SWT. Dimana tingkatan spiritual seorang hamba yang berpuasa sudah mendekat kepada derajat sifat-sifat kemalaikatan dan telah jauh dari sifat sifat kehewanan apalagi sifat-sifat kesetanan.

Halaman:

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x