Dan kitab ihya' ini pula yang ditelaah sampai akhir hayatnya. KH. Abdul Chalim yang dikenal sebagai mu'assis dan muharrik NU ini wafat pada tanggal 11 Juni 1972, dan dimakamkan disamping tajug yang dijadikan titik awal pengabdian dan perjuangannya untuk agama, nusa dan bangsa.
Peran KH. Abdul Chalim Mendirikan NU
Nahdlatul Ulama yang didirikan pada 31 Januari 1926, berawal dari respon terhadap kepemimpinan Raja Abdul Aziz bin Saud yang akan menjadikan faham Wahabi sebagai madzhab tunggal. Sementara, Raja adalah penguasa Hijaz, yaitu dua tanah suci Makkah dan Madinah, atau yang disebut dengan Kharamain.
Jika keputusan Raja ini diterapkan, memiliki dampak yang luar biasa terhadap praktik keagamaan, termasuk ibadah haji. Sebab, mayoritas wilayah di luar Hijaz, terutama Indonesia, menganut empat (4) madzhab, yaitu Syafi'l, Maliki, Hanafi dan Hambali.
Baca Juga: Bagi Paket Lebaran, AMPG Kabupaten Cirebon Santuni Anak Yatim dan Dhuafa
Secara ringkas, peran KH. Abdul Chalim dalam pendirian Jami'yyah Nahdlatul Ulama' sebagai berikut :
1. Menerjemahkan pemikiran-pemikiran KH. Abdul Wahab Hasbullah untuk memfungsikan dan menggerakkan organisasi yang telah dibentuk, yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatut-Tujjar, dan Taswiru Afkar. Organisasi-organisasi ini adalah embrio berdirinya Jamiyyah Nahdlatul Ulama.
2. Merumuskan isi surat untuk pertemuan khusus ulama'kyai se-Jawa
dan Madura serta mengedarkanya.Isi surat tersebut adalah: a) Merespon keputusan Raja Abdul Aziz bin Saud yang akan memberlakukan satu madzhab (Wahabi).
b) Memasukkan pemikiran pentingnya kemerdekaan Indonesia, c) Membentuk Jamiyyah Ahl al-Sunah wa al-Jama'ah(Jamiyah Para
Ulama Pesantren).