Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Agus Susanto mengatakan, kasus stunting yang merujuk pada masalah pertumbuhan badan anak atau kondisi kerdil akibat kekurangan gizi kronis saat balita, telah menjadi salah satu prioritas utama dalam upaya mengentaskan permasalahan gizi buruk di kalangan anak-anak.
Dinas kesehatan telah melakukan berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti memberikan tambahan makanan bergizi untuk warga bumil, penimbangan balita di pos yandu, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada kaum remaja yang hendak menikah.
Menurut Agus, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes Tahun 2018) prevalensi stunting di Majalengka menunjukan angka 36,7%. Hasil studi status gizi balita Indonesia (SSGB) tahun 2019 sebesar 28,5%. Hasil studi status Gizi Balita Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 23,0% sedangkan hasil studi status gizi balita Indonesia (SSGI) tahun 2022 menjadi sebesar 24,3%.
Stunting sendiri bukan hanya diakibatkan kemiskinan akan tetapi status gizi anak sesuai umur menjadi tolak ukurnya sehingga perilaku sehat harus bisa diterapkan di masyarakat itu sendiri.
"Untuk itu, publikasi data stunting adalah bagian dari usaha Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk mengumpulkan data prevalensi stunting yang paling mutakhir di tingkat pelayanan puskesmas dan desa," jelas Agus.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)***