Tidak Tamat SMP, Penyandang Disabilitas Kabupaten Majalengka Sulit Mendapatkan Pekerjaan

- 20 Desember 2023, 06:38 WIB
Ilustrasi disabilitas dan kelompok rentan.
Ilustrasi disabilitas dan kelompok rentan. /Pikiran-rakyat.com

KABARCIREBON - Sebagian besar tingkat pendidikan kelompok disabilitas di Kabupaten Majalengka berpendidikan rendah bahkan banyak yang tidak tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Butuh fasilitas dan edukasi dari banyak pihak terutama dari pemerintah agar bisa melanjutkan sekolah.

Menurut keterangan Ketua Kelompok Disabilitas Hendri Gumilar, berdasarkan hasil pendataan tahun 2015 jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Majalengka sebanyak 5.000 orang. Sebagian besar di antara mereka tidak mengenyam pendidikan kalaupun sekolah tidak tamat SMP.

“Hanya sebagian kecil yang melanjutkan sekolah ke SMP apalagi ke perguruan tinggi,” ungkap Hendri.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Warteg yang Murmer di Kota Semarang, Bisa Dicoba Warteg Barokah, Warteg Anyar, dan Warteg Sadewa

Menurutnya, butuh fasilitas dan edukasi dari banyak pihak terutama pemerintah agar orang tua mereka bersedia melanjutkan sekolah bagi anak – anaknya yang mengalami disabilitas. Baik disabilitas mental, daksa, netra dan lainnya.

Berdasarkan fakta yang ada, kebanyakan dari orang tua tidak bersedia menyekolahkan anaknya yang mengalami disabilitas karena malu oleh masyarakat lain. Sehingga, lebih memilih mengurung anaknya di rumah atau mendidiknya sendiri tanpa dididik keterampilan untuk beraktifitas apalagi pengetahuan akademis.

“Malu bagi orang – orang yang mentalnya rendah sangat wajar, karena seringkali masyarakat melirik sinis atau perhatiannya berlebihan ketika melihat anak atau orang disabilitas. Contoh ke saya saja,".

Baca Juga: Nutrisi Tambahan Akhir Tahun, Bansos Rp800 Ribu untuk Pemilik Kartu Keluarga Sejahtera Cair Lagi

"Kadang orang terus memperhatikan dari atas hingga ke bawah berulang – ulang. Udah jelas disabilitas terus diperhatikan. Itu yang membuat orang minder. Harusnya ketika bertemu orang disabilitas perhatiannya biasa - biasa saja. Jangan berlebihan,” ungap Hendri.

Menurutnya, pendidikan formal bagi orang berkebutuhan khusus sangat penting. Sama halnya dengan masyarakat lain pada umumnya. Apalagi, bagi disabilitas. Mental yang sulit bekerja di sektor manapun selain wiraswasta setelah diberikan keterampilan khusus, itupun prosentasenya sangat kecil. “Untuk tuna grahita agak susah untuk bisa bekerja,” ungkapnya.(Tati Purwati/KabarCirebon)***

Editor: Muhammad Alif Santosa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x