BMKG Peringatkan Terjadinya Cuaca Ekstem Berpotensi Hujan Es di Sejumlah Wilayah!

- 26 Februari 2024, 20:52 WIB
Ilustrasi, BMKG menyebut sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Jabodetabek diprediksi hujan es saat malam tahun baru 2024.
Ilustrasi, BMKG menyebut sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Jabodetabek diprediksi hujan es saat malam tahun baru 2024. /Pixabay/StockSnap/

KABARCIREBON - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba (peralihan musim) yang diprediksi berlangsung pada Maret-April 2024.

Fenomena atmosfer terpantau masih cukup tinggi dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang potensi terjadinya angin puting beliung juga turut meningkat.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, selama periode panraroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi sejak dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.

Baca Juga: Operasi Pasar Murah di Majalengka Diserbu Warga, Pj Bupati: TPID Diminta Terus Pantau Harga Kebutuhan Pokok

Dwikorita juga mengatakan, berdasar analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati, saat ini puncak musim hujan telah terlewati pada berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagain Selatan Indonesia.

Hal ini, mengindikasikan jika wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April 2024.

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Kedai Soto yang Mantul di Kabupaten Pekalongan, Coba Cicipi Soto Bu Diah dan Soto Pak Kolari

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.

Halaman:

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x