Lebih Menguntungkan, Petani di Majalengka Beralih Menanam Jagung

- 8 Februari 2023, 19:55 WIB
ILUSTRASI petani panen jagung.*
ILUSTRASI petani panen jagung.* /Tati Purnawati/Kabar Cirebon/

KABARCIREBON- Masyarakat di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka dalam beberapa tahun terakhir memilih menanam jagung dibanding padi, yang menjadi tradisi warga di kampung. Hal itu dipilih karena jagung dianggap lebih menguntungkan dibanding menanam padi.

Usman, Amas, Edi, Cicih dan sejumlah warga lainnya kini nyaris tidak menanam padi yang biasa ditekuninya selama ini serta nenek moyang mereka dulu. Bahkan sebelumnya tanah di kebunpun ditanami padi huma, agar bisa panen padi untuk cadangan makan.

Karena padi  akan membawa keberkahan bagi petaninya dan bisa lebih bertahan hidup, dengan adanya cadangan beras tersedia di gudang. Tak heran warga kampung zaman dulu beras jatuhpun dipungut, karena padi akan menangis jika dibuang.

Baca Juga: Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Meningkat, Eni: Waspada, Pelakunya Selalu Orang Terdekat

Namun kini pola pikir semacam itu  tidak berlaku. Masyarakat memilih menanam jagung, sedangkan beras dibeli dari hasil penjualan jagung.

“Sekarang sudah lumrah orang kampung membeli beras ke kota, karena petani jarang yang menanam padi,” kata Usman.

Menurutnya, menanam jagung lebih mudah, saat hujan turun bisa langsung tanam. Sedangkan tanam padi harus menunggu curah hujan tinggi dan sawah digenangi air, sementara di wilayahnya tidak tersedia saluran irigasi.

Selain itu hasil jagung lebih banyak, dari 1 kg bibit jagung bisa diperoleh  4 hingga 5 kwintal jagung pipilan kering. Ditambah pemeliharaan juga  mudah, setelah tanam tinggal menunggu menyiangi dan memupuk sesekali menyemprot jika diserang hama. Selain itu  tanaman jagung relatif lebih aman dari serangan hama dan harga jagung pun relatif lebih stabil.

“Paling kalau panen dan menjemur yang butuh tenaga banyak, serta jemur jagung lebih lama” kata Siti Aliah.

Baca Juga: Belasan Anggota Geng Motor Keroyok 2 Pemuda, 7 Ditangkap Polisi, 4 DPO

Sedangkan tanaman padi, butuh air yang cukup dan pupuk yang banyak. Sementara harga pupuk dan upah kerja semakin mahal. Mulai mentraktor, mencangkul pematang, menanam, hingga menyiangi, memupuk, ongkos panen dan sebagainya.

“Mending kalau hasilnya banyak, kalau sudah kena serangan hama, ruginya besar,” kata Cicih.

Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Cibodas, Kecamatan Majalengka, para petani banyak yang memilih bertanam jagung dan palawija seperti bawang merah atau cabai rawit.

Sehingga kawasan perbukitan yang dulu ditanami padi huma, kini hampir seluruhnya ditanami jagung dan cabai rawit. Sedangkan sawah ditanami bawang merah dan cabai.

“Bawang merah mah dua bulan panen, harga mahal,” kata Euis Suakesih.

 Baca Juga: Pedagang Kerupuk Kemplang Palembang Ditangkap Densus 88 Anti Teror

Menurut Eman, zaman dulu menanam padi tidak diberikan upah, karena upahnya mereka diajak panen di sawah orang lain dan sebagai upahnya mereka punya padi hasil panen. Sebaliknya sekarang tandur diberikan upah dan makan, demikian juga saat panen diberi makan, kue dan kopi serta es sirup kalau siang hari.

“Wajar jika sekarang tanaman padi semakin sedikit, karena banyak pemilik sawah yang enggan bercocok tanam. Ketika sawah digarap orang lainpun pemilik sawah harus tetap membeli pupuk dan membayar ongkos kerja, sementara hasilnya minim. Jadi wajar jika sekarang banyak yang beralih ke jagung atau sawahnya disewakan. Selain itu sawah sudah semakin sedikit akibat alih fungsi lahan,” tuturnya.

Ia pun menilai wajar, jika kini harga beras dan gabah semakin mahal. Karena gabah sulit diperoleh dengan lahan sawah yang semakin sempit dan jumlah petani yang menanam padi terus berkurang. Sementara konsumsi beras semakin tinggi, karena jumlah penduduk terus bertambah.

Editor: Iwan Junaedi

Sumber: Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x