KABAR CIREBON - Selama menjalankan ibadah puasa Bulan Ramadhan, umat Islam memang harus menjaga alat kelaminnya. Utamanya di siang hari, suami istri dilarang melakukan persetubuhan.
Jadi, bersetubuh di siang hari merupakan salah satu perkara yang membatalkan puasa Bulan Ramadhan. Suami istri yang melakukan hal itu, selain puasanya batal juga membayar kifarat (denda).
Pelaku persetubuhan sudah pasti wajib mengqodho puasa setelah Bulan Ramadhan selesai. Tentu saja dengan diringi membayar kifarat yang sudah diatur. Denda yang harus ditunaikan, yakni:
1. Memerdekakan seorang hamba mukmin (lelaki atau perempuan)
2. Berpuasa dua bulan berturut-turut tanpa terputus
3. Memberi makan kepada 60 orang fakir/miskin
Tiga denda yang harus dilaksanakan itu memang cukup berat. Jadi baiknya umat Muslim yang sudah bersuami istri mampu menghindari perbuatan persetubuhan di siang hari.
Selain persoalan membayar kifarat, ada juga umat Muslim yang harus membayar fidyah karena beberapa perkara yang membuatnya tidak bisa melaksanakan ibadah puasa Bulan Ramadhan.
Ada lima golongan yang harus membayar fidyah akibat tidak bisa melaksanakan ibadah puasa Bulan Ramadhan, yakni:
1. Mereka yang tidak bisa melakukan qodho puasa, hingga masuk ke Bulan Ramadhan tahun berikutnya. Fidyah yang harus dibayar berupa satu liter beras untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
2. Orang yang menderita sakit dan tidak ada harapan sembuh.
3. Orang yang terlalu tua atau udzur sehingga jika dipaksakan berpuasa akan lebih menderita.
4. Orang yang mengqodho puasa namun keburu meninggal sebelum kewajibannya selesai. Fidyah harus dilakukan oleh saudaranya yang diambil dari harta almarhum.
5. Wanita yang hamil atau ibu yang menyusui anaknya. Banyak pertimbangan golongan ini tidak melakukan puasa Bulan Ramadhan. Fidyah yang harus dibayar berupa satu liter beras setiap hari puasa yang ditinggalkannya.***