Sarung Ajaib Milik Abah Bisa Menyembuhkan Demam Cucunya, Para Tetangga Dibuat Kaget, Ini Penyebabnya

- 25 Maret 2024, 10:27 WIB
Ilustrasi  sarung yang biasa digunakan untuk shalat.*
Ilustrasi sarung yang biasa digunakan untuk shalat.* /PIXABAY/anncapictures

KABAR CIREBON - Sosok renta itu sudah dikenal warga. Namanya Djarot Supriyono. Namun, warga sudah terbiasa memanggilnya Abah. Walau bukan dari kalangan berada, Abah sangat dihormati warga.

Tutur kata Abah selalu mengutamakan sopan santun. Bukan hanya kepada warga yang seumuran dengannya, tapi juga kepada yang muda termasuk anak-anak, bahasa Abah selalu lemah lembut. Itulah yang membuat Abah menjadi pribadi yang menyenangkan bagi siapa pun.

Jika menilik status ekonomi Abah, sebenarnya sangat memprihatinkan. Dia sudah ditinggalkan istrinya yang meninggal karena sakit. Abah sekarang tinggal bersama anak perempuan satu-satunya. Ironisnya lagi,
 
 
Fatimah anak perempuannya itu diceraikan suaminya tanpa alasan jelas. Sementara Fatimah sudah dikaruniai satu anak, Mochamad Ramdan yang kini berusia tiga tahun.

Karena Fatimah tidak bekerja, praktis dia dan anaknya menjadi tanggungan Abah. Padahal Abah sendiri sudah lama tidak bekerja. Dia hanya mengandalkan belas kasihan para tetangga. Selama ini Abah suka mengajar anak-anak mengaji di masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

Selepas salat Maghrib, Abah dengan balutan baju koko warna putih dan sarung motif kotak-kotak, mengumpulkan anak-anak untuk belajar mengaji. Kegiatan itu baru berakhir menjelang kumandang adzan Isya. Rutinitas setiap harinya selalu begitu.
 
Baca Juga: Ini 6 Cara Berdoa agar Cepat Dikabulkan Allah SWT, Nomor Empat Doa Kita Harus dengan Suara yang Lembut

Abah sendiri tidak pernah menuntut bayaran dari aktivitasnya itu. Dia sudah merasa senang melihat anak-anak kumpul di masjid. Abah merasa bahagia bisa menurunkan ilmu kepada anak-anak. Dia dengan telaten membimbing satu persatu anak hingga lancar melantunkan surat-surat dalam Alquran.

Abah juga selalu mengingatkan anak-anak untuk menjadi pribadi yang saleh dan saleha. Selalu beriman dan bertakwa kepada Allah SWt. Jangan meningalkan ajaran agama. Selain itu harus menurut dan berbakti kepada orangtua.

"Puasanya harus tuntas ya. Jangan sampai ketinggalan salat. Terus mumpung ini Bulan Ramadan, rajin-rajinlah membantu orangtua kalian. Nanti pahalanya dapat banyak," kata Abah kepada anak-anak, di suatu malam saat sesi belajar mengaji sudah selesai.
 
Baca Juga: Cek Berat Badan Sebelum dan Sesudah Puasa Bulan Ramadhan, Ini Penting Secara Kesehatan dan Ajaran Islam

"Iya Abaaaah," jawab anak-anak serempak.

Anak-anak pun mencium tangan Abah. Mereka kemudian mengambil air wudlu. Bersiap diri untuk mengikuti salat Isya secara berjamaah. Abah tampil sebagai imam salat. Seperti biasa Abah mengenakan baju koko warna putih dan sarung kesayangannya bermotif kotak-kotak.
 
Ilustrasi pembuatan sarung.*
Ilustrasi pembuatan sarung.*


**

Setiap ke masjid, Abah mengenakan baju dan sarung yang itu-itu saja. Walau begitu Abah tetap memperhatikan kesucian baju dan sarung yang dikenakannya. Biasanya setelah digunakan salat Maghrib, Isya, dan Shubuh, Abah langsung mencuci baju dan sarung. Menjelang salat Dhuhur baju dan sarungnya sudah kering dan bisa dipakai lagi untuk salat Dhuhur dan Ashar.

"Abah ini ada titipan dari ayah. Katanya bisa buat beli makan takjil dan sahur," ujar Hilman, seorang anak seusai mengaji sambil menyerahkan amplop kepada Abah.

Abah sedikit kaget disodori amplop. Namun dia tidak bisa mengelak untuk menerimanya. Apalagi Hilman menyerahkan amplop itu dengan langsung memasukan ke saku baju koko Abah.

Abah kemudian meraba saku baju kokonya. Dia merasakan ada amplop. Dia menariknya. Sejurus kemudian dia berkata, "Nak Hilman ini apa? Kok, ayah Nak Hilman repot-repot. Abah jadi tidak enak. Nanti bilang ke ayah ya, Abah merasa berterima kasih. Semoga ayah Nak Hilman mendapatkan balasan rezeki yang melimpah."

"Iya Abah. Nanti Hilman bilangin ke ayah," jawab Hilman.

Sesampainya di rumah, Abah membuka amplop pemberian orangtua Hilman. Ternyata amplop itu berisi uang Rp 100.000,00. Abah langsung mengucapkan syukur alhamdulillah. Uang itu langsung diserahkan ke Fatimah anak perempuannya. Abah berpesan uang itu bisa digunakan beli masakan esok hari untuk kerperluan buka puasa dan makan sahur.

Cuma Fatimah memberi tahu, bahwa Ramdan anaknya lagi demam. Panasnya sangat tinggi. Abah merenung. Langsung mendekati cucunya. Dia lantas memegang kening Ramdan. Tangannya memang merasakan suhu tubuh Ramdan yang panas. Mulutnya komat-kamit membacakan doa.

"Doakan saja, semoga besok Abah dapat rezeki. Siapa tahu bisa beli obat untuk Ramdan," bisik Abah kepada Fatimah.

Fatimah mengangguk seraya mengucapkan, aamiin.
 
Ilustrasi sarung.*
Ilustrasi sarung.* Engkos Kosasih


**

Shubuh menjelang. Beberapa warga menuju Masjid Darul Quran. Agus yang biasa menjadi muadzin mengumandangkan adzan. Jemaah masjid tersebut merasakan ada sesuatu yang berbeda. Abah yang biasa lebih dulu hadir di masjid ternyata belum tampak. Sampai kumandang iqamah dilaksanakan, Abah belum muncul juga. Akhirnya posisi imam salat dipercayakan kepada Pak Kastori.

Seusai melaksanakan salat Shubuh. Beberapa warga membicarakan ketidakhadiran Abah di masjid. Akhirnya mereka berinisiatif mengunjungi rumah Abah. Sesampainya di rumah yang dituju, warga mengucapkan salam dan diterima langsung oleh Abah.

Sebelum warga menanyakan ihwal ketidakhadiran Abah di masjid, Abah buru-buru memberi penjelasan.

"Maaf, tadi Abah tidak sempat ke masjid. Salat Shubuh tadi di rumah. Pake celana butut. Kalau mau ke masjid malu, seperti tidak sopan pake celana butut ke masjid," ungkap Abah.

"Memang sarung yang biasa dipake Abah kemana? Kotor, belum dicuci?" tanya Pak Hasan, seorang warga.

"Bukan kotor, Dek Hasan. Tapi sarung Abah lagi dipake selimut Nak Ramdan. Semalaman dia sakit dan tidak bisa tidur. Setelah Abah tungguin dan diselimuti pake sarung Abah, Nak Ramdan agak baikan dan bisa tidur nyenyak. Alhamdulillah, sekarang panasnya agak turun," jelas Abah.

"Abah tidak berani menarik sarung yang dipake selimut Nak Ramdan. Takut bangun lagi dan nanti rewel. Jadi Abah tadi salat Shubuh di rumah pake celana butut. Tidak enak pake celana butut ke masjid, seperti tidak sopan," Abah menambahkan.

Setelah mendapat penjelasan dari Abah, sejumlah warga saling berpandangan. Pak Rohmani mengambil inisiatif dengan berbisik-bisik kepada warga lainnya. Mereka sepakat melakukan urunan dengan menyisihkan sebagian uang yang dimiliki. Uang yang terkumpul itu diserahkan ke Abah.

"Abah, ini ada sedikit uang bantuan dari warga. Bisa dibelikan obat untuk Nak Ramdan. Sisanya bisa untuk beli sarung baru untuk Abah. Biar sarung lama yang punya Abah jadi selimut Nak Ramdan saja," kata Pak Rohmani seraya menggenggamkan uang ke telapak tangan Abah.

Raut wajah Abah terlihat terharu. Dia mengucapkan terimakasih dengan nada terbata-bata. Tidak lupa juga Abah mendoakan kehidupan yang baik buat semua warga.

Seusai beberapa warga pamit pulang, Abah membuka tirai kamar tidur tak berpintu yang ditempati cucunya. Ada air yang menetes dan membasahi pipi Abah. Dia melihat Ramdan cucunya masih tertidur pulas dengan diselimuti sarung yang selama ini digunakan untuk salat.***

Editor: Anwar Anef


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x