Ganjar Pranowo Terima Dua Pusaka, Kopiah Hitam Bung Karno dan Tongkat dari Kiai Demak, Apa Maknanya?

- 7 Mei 2023, 11:08 WIB
Ganjar Pranowo Terima Dua Pusaka, Kopiah Hitam dari Megawati Soekarno Putri yang Menjadi Ciri Khas Bung Karno dan Tongkat dari Kiai Demak,  KH Munih Muhammad Zuhri, Apa Maknanya?
Ganjar Pranowo Terima Dua Pusaka, Kopiah Hitam dari Megawati Soekarno Putri yang Menjadi Ciri Khas Bung Karno dan Tongkat dari Kiai Demak, KH Munih Muhammad Zuhri, Apa Maknanya? /Kabar Cirebon/Kolase Foto PDIP dan Youtube Ganjar Pranowo/Muhammad Alif Santosa/

KABARCIREBON - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menerima dua pusaka yang menandai pencalonannya sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2024.

Pusaka pertama berupa kopiah atau peci hitam seperti Bung Karno yang dipakaikan langsung Megawati Soekarno Putri. Pusaka kedua adalah tongkat kiai yang diberikan langsung KH Munif Muhammad Zuhri Kabupaten Demak.

Pemberian kopiah atau peci hitam dari Megawati diberikan pada hari Jumat, 21 April 2023 di Istana Batu Tulis yang disiarkan secara live di kanal youtube dan daring.

Baca Juga: H. Acep Purnama Belum Tahu Nasibnya akan Diusung Lagi atau Tidak Menjadi Calon Bupati Kuningan Berikutnya

Dalam kesempatan itu, Megawati menegaskasn kopiah adalah budaya Indonesia yang merupakan identitas nasional bangsa, identik dengan nasional dan religius.

"Bung Karno mengatakan, kopiah adalah identitas dan nasional kita. Nasionalisme kita yang disebut nasional dan religius. Jadi, kalau kita melihat budaya orang Indonesia itu, sebenarnya berkopiah," kata Megawati.

Baca Juga: Harapan Ribuan THL di Kuningan Sirna karena yang Lolos Formasi PPPK Tenaga Teknis Hanya 60 Orang

Sejarah Peci Hitam

Jika di Timur Tengah terutama Yaman kita kerap melihat Imamah atau ikat kepala digunakan para ulama, termasuk santri. Nah, peci atau kopiah hitam ini merupakan bentuk lain dari Imamah. Jika di masyarakat Jawa bentuknya blangkon sedangkan secara nasional bentuknya peci atau kopiah.

Menurut Buku Api Sejarah karya sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, pelopor pertama dari peci hitam ini adalah Hadji Omar Said Coroaminoto pada tahun 1916. Ia merupakan cedekiawan muslim yang menjadi guru bangsa. Cokroaminoto adalah guru Bung Karno dan Bung Hatta.

Baca Juga: Rasin Loh, Laganya Tak Lagi Seperti Koboi Jalanan, David Kini Resmi Mengenakan Baju Tahanan

Peci hitam selalu dipakai Bung Karno dalam setiap momentum. Dan peci hitam ini menjadi ciri khas para santri di Indonesia. Bahkan kini, peci hitam menjadi simbol nasionalis dan religius, digunakan seluruh rakyat Indonesia.

Tongkat Kiai Munif

Ganjar Pranowo terima tongkat dari KH Munif Muhammad Zuhri
Ganjar Pranowo terima tongkat dari KH Munif Muhammad Zuhri

Selain menerima kopiah hitam dari Megawati Soekarno Putri, Ganjar Pranowo kembali menerima pusaka kedua dari KH Munif Muhammad Zuhri pengasuh Pondok Pesantren Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mragen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis, 4 Mei 2023.

Tongkat itu memiliki panjang sekitar 1,20 meter. Tongkat tersebut biasa digunakan KH Munif Muhammad Zuhri. Lalu tongkat itu pun dihadiahkan untuk Ganjar usai silaturahmi lebaran Idul Fitri ke rumah KH Munif Muhammad Zuhri.

Baca Juga: Golkar tidak Menutup Kemungkinan Bergabung dengan Partai Koalisi Perubahan, Asalkan

Kedatangan Ganjar ke Ponpes Giri Kusumo sekitar pukul 12.50 WIB itu, disambut para santri, pelajar dan jamaah thoriqoh. Karena pada hari itu, bertepatan dengan pengajian rutin di Ponpes Giri Kusumo.

"Saya sudah lama tidak ke sini. Ke sini untuk silaturahmi, halalbihalal, wong ya bakda (lebaran)," kata Ganjar usai bertemu KH Munif Muhammad Zuhri.

Ganjar menilai Kiai Munif sosok ulama yang memiliki banyak ide dan gagasan. Salah satu idenya mengembangkan diskusi antara kampus dengan santri yang dihadiri kiai ada pakar akademisi sehingga ada pertemuan dari dua pemikiran yang sama-sama memiliki argumen kuat.

Baca Juga: Inilah Jadwal Terbaru Rekrutmen Bersama BUMN bagi Jenjang D3-S1 Lengkap Beserta Syarat dan Cara Daftarnya

"Diskusi bagaimana merawat bangsa. Jadi kalau sudah dalam suasana diskusi yang cukup serius, beliau ini mengajak para ilmuwan, ulama dan semua yang terlibat untuk bicara Indonesia ke depan, ini berjalan terus menerus. Bagaimana anak-anak muda lebih mencintai bangsa dan negara,".

"Anak-anaka muda dan para pelajar ini kelak cintanya pada bangsa dan negara tidak pernah luntur. Penghormatan kepada kiai dan ulama serta orangtua tidak luntur. Cinta pada bangsa dan negaranya selalu melekat. Nah, hubbul wathon minal imannya ya ada di situ," kata Ganjar.

Baca Juga: Bangun Kebersamaan dan Pererat Tali Silaturrahmi, Anggota DPRD Provinsi Jabar Abdy Yuhana Sapa Warga Subang

Makna Tongkat

Dalam dunia persilatan, tongkat digunakan sabagai senjata mempertahankan diri dari serangan musuh. Tongkat juga bisa berarti sebagai penopang untuk berjalan, terutama di areal perbukitan yang jalannya menanjak.

Lalu, dalam dunia militer, tongkat merupakan simbol kekuasaan, kedudukan, perintah, kewibawaan dan sebagainya. Dalam kerajaan, tongkat dipegang oleh raja sebagai lambang kekuasaan dan pemegang otoritas berdaulat.

Tongkat dalam Islam memiliki makna tidak sekadar penyangga tubuh saat berjalan, tapi juga sunnah karena digunakan para nabi, sahabat dan ulama.

Baca Juga: Kepindahan Sandiaga Uno ke PPP Tak Ngaruh Suara Gerindra di Kabupaten Cirebon

Dalam Islam, menggunakan tongkat adalah sunah dan dianjurkan bagi mereka yang sudah berusia 40 tahun ke atas. Para nabi, sahabat dan ulama juga menggunakan tongkat. Bukan berarti soal uzur, namun ada makna filosi yang harus dipahami.

Dalam Kitab Al-Umm karya Imam Asy-Syafii, seorang mukmin yang sudah berumur 40 tahun disunnahkan memakai tongkat. Tongkat disimbolkan huruf alif wahdaniyyah, Keesaan Sang Maha Pencipta.

Imam Syafii pernah ditanya "Kenapa engkau menggunakan tongkat padahal engkau masih kuat berjalan?". Beliau menjawab, "Biar aku ingat bahwa aku ini musafir di dunia. Karena tujuan kita adalah akhirat,".

Baca Juga: Menengok Masa Kecil Anies, Ganjar dan Prabowo, Kandidat Kuat Bakal Calon Presiden RI Pemilu 2024

Seorang sahabat Nabi yakni Abdullah bin Unais menerima tongkat dari Nabi Muhammad SAW. Ia pun bertanya tujuan nabi memberikan tongkat tersebut kepada dirinya. Lalu Nabi menjawab. "Ini sebagai tanda antara diriku dan engkau pada hari kiamat. Karena, sedikit sekali orang yang datang dengan membawa amal sholeh pada hari itu,".

Kemudian Abdullah bin Unais menyatukan tongkat itu dengan pedangnya. Tongkat itu terus bersamanya. Hingga ia mewasiatkan, kelak dirinya meninggal dunia agar tongkat tersebut dikafani bersama dengan jenazahnya dan dikuburkan bersama-sama. Wallahua'alam Bishawab.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: Youtube Ganjar Pranowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah