Negara Perang dan Perang Negara

- 14 September 2020, 22:22 WIB
Sutan Aji Nugraha
Sutan Aji Nugraha

Berkaca kepada revolusi Perancis serta kemerdekaan nasional yang terjadi saat itu merupakan tonggak perjuangan menuju negara demokratis, ber-keadilan, ber-kemanusiaan dan sejahtera. Oleh karena itu, dalam pergerakan di Indonesia tidak terlepas kepada tonggak perjuangan tersebut. Proletar dapat diartikan peasant, dimana pada waktu itu mendominasi Perancis.

Sebenarnya keadaan rakyat yang ingin ber-revolusi bukan karena ada pemimpin yang gila berontak dan bukan juga kepada pemimpin gerakan yang progressif dan revolusioner. Melainkan, syarat utama revolusi ada dua, yakni pertama: ada tokoh progressif dan revolusioner serta keduanya adalah memiliki perasaan satu nasib sesama bangsa, dalam hal ini rakyat merasakan kemerataan tidak lebih sejahtera.

Dengan begitu, keadaan Indonesia tidak dapat dipungkiri memiliki persamaan pada kedua peperangan yang dimaksud. Oleh kerena itu, setiap daerah di Indonesia ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat. Dapat digambarkan perseteruan/peperangan (turf wars) antara partai politik, penegak hukum, lembaga-lembaga tinggi negara, pemerintah daerah (pemda) versus pemda, pemerintah pusat dengan pemda, pemerintah RI dengan negara tetangga.

Terlihat beberapa kasus yang terjadi lebih menyangkut kepada integritas negara, aksi kekerasan kepada kaum mahasiswa dan rakyat Papua yang tetap eksis untuk memisahkan diri dari NKRI, ya hak rakyat Papua untuk referendum. Dan yang terakhir ditunjukkan yaitu Timor-Timur, yang sekarang telah menjelma sebagai sebuah negara merdeka, Timor Leste. Itulah beberapa ilustrasi dari berbagai masalah integritas bangsa ini.

Berkaitan dengan itu semua ialah karena rasa kesejahteraan tidak merata, yang berawal memisahkan diri dari bagian terkecil, kota/kabupaten menginginkan menjadi sebuah provinsi. Dalam hal memandang berbagai peristiwa integritas mengisyaratkan bahwa akar permasalahannya tidak ada korelasi variabel kesejahteraan antara pusat dan daerah. Sungguh sebuah ironi demokrasi pasca runtuhnya rezim otoritarian.

Halaman:

Editor: Dodi Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah