KABARCIREBON - Tahukah Anda awal mula kata Imlek digunakan? Kala itu, masyarakat Tionghoa diselimuti musim dingin berkepanjangan hingga tidak bisa bercocok tanam.
Lalu, musim dingin itu pun berakhir berganti musim semi. Musim semi membawa harapan besar masyarakat Tionghoa untuk kembali bercocok tanam.
Hari pergantian musim dingin menjadi musim semi itu mereka rayakan dengan sebutan Imlek.
Baca Juga: Menciptakan Inovasi Tanpa Membebankan APBD
Jadi, kata Imlek sendiri digunakan untuk awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur Tionghoa di China.
Secara tradisional, Imlek merupakan waktu untuk melakukan penghormatan kepada keluarga, dewa surgawi, serta leluhur.
Imlek sendiri berasal dari frasa atau kata "Yin-li,". Dalam bahasa Mandarin secara harfiah berarti Kalender Bulan atau Candrakala atau Lunar atau Kamariah.
Baca Juga: Pendapatan Perumda AU Mencapai Rp 3,4 Miliar
Namun, pada kenyataannya, Imlek yang dikenal sekarang merupakan kalender Lunisolar (Surya - Candrakala, Syamsi - Kamariah) karena harus menyesuaikan hari Imlek dengan jatuhnya musim.
Budayawan Tionghoa Jeremy Huang Wijaya, mengungkap akar kata Imlek yang dirayakan seiap musim semi tiba oleh etnis China di seluruh dunia.
Untuk tahun 2023 yang merupakan Shio Kelinci Air, Tahun Baru atau Hari Raya Imlek akan jatuh pada hari Minggu, 22 Januari 2023, merupakan tahun ke 2574.