"Meski awalnya mereka hanya bereksperimen membuat ramuan untuk keluarganya sendiri yang sedang sakit. Namun, karena dari hasilnya dapat menyebuhka penyakitnya, akhirnya mereka menjual ramuan tersebut kepada masyarakat," katanya.
Pada sekitar tahun 1913 di beberapa daerah, seperti di Pasar Pagi, Siliwangi, Kranggetas, Pandesan, Pasukuetan, Winaon, Lemah Wungkuk hingga Pakriangan, mulai bermunculan toko-toko jamu warga Tionghoa.
Pada beberapa daerah tersebut, ada Jamu Ny Idep Pasar Pagi Cirebon yang didirikan Artin dan Kwee Kwan Soen, Jamu Otik di Karanggetas yang sekarang Helia Foto.
Jamu Ny So di daerah Pandesan, Jamu Cap Naga, Jamu Santosa, Jamu Kurnia, Jamu Baban Ceot Adi di Pekiringan.
"Namun, sayang saat ini hanya ada 4 penjual jamu tradisnonal yang masih bertahan. Baik anak-anaknya, maupun cucu-cucunya tidak ada lagi yang mau meneruskan usaha jamu mereka yang telah dirintisnya sejak lama ini," papar Jeremy Huang.***