Strategi Pembelajaran Angklung Kuningan dalam Menjawab Kondisi Kendala di Setiap Sekolah

15 Maret 2024, 21:24 WIB
Seni Angklung akan jadi muatan lokal (Mulok) pembelajaran setiap sekolah di Kabupaten Kuningan. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Kuningan telah mendeklarasikan diri menjadi Kabupaten Angklung karena memiliki silsilah sejarah pengembangan Angklung Diatonis yang dipelopori sekaligus dikembangkan oleh Tokoh Legenda Angklung, Daeng Soetigna dan Kutjit (Kuwu Tjitangtu/Citangtu), H. Muhamad Satari.

Pembelajaran kesenian tradisional tersebut direncanakan akan menjadi muatan lokal (Mulok) untuk dipelajari seluruh siswa dari mulai tingkat taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK).

Praktisi Angklung yang juga Guru SMKN 3 Kuningan, Rudi Rudiana menyebutkan, capaian pembelajaran Angklung bertujuan untuk mengembangkan karakter peduli peserta didik terhadap budaya bangsa sekaligus seni tradisi warisan leluhur.

Baca Juga: Bersumpah Tidak Mengenal Terlapor Dugaan Money Politic, Caleg Dapil 1 Kuningan Terbebas Jeratan Hukum

Karakter peduli tersebut disinergikan dengan kemampuan berpikir kreatif yang diwujudkan melalui tindakan berbuat, berkarya dan berubah bersama berkolaborasi dengan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar peserta didik terutama pada olah fikir dan olah rasa terhadap Angklung Diatonis (Kuningan).

Di tingkat TK, pembelajaran Angklung sebagai pengenalan dan merangsang perkembangan motorik sekaligus sensorik dalam tumbuh kembang anak. Alur capaiannya untuk merefleksikan perasaan cinta siswa pada seni tradisi terutama Angklung Diatonik (Kuningan), merangsang otot sensorik dan motorik kasar siswa melalui gerak dan nada serta membangun kolaborasi dan kerja sama siswa dalam bentuk permainan Angklung berkelompok.

Bagi siswa SD, merupakan penguatan gerak motorik dan sensorik halus, pengenalan pengetahuan, keterampilan dan penghayatan terhadap seni dan budaya. Alur capainya merefleksikan perasaan cinta siswa pada seni tradisi terutama Angklung Diatonik, merangsang otot sensorik dan motorik halus siswa melalui gerak dan nada, membangun kolaborasi dan kerja sama siswa dalam bentuk permainan Angklung berkelompok serta menumbuhkan pengetahuan dan penghayatan akan Angklung Diatonis.

Baca Juga: Warga Kecamatan Luragung Kuningan Jadi Penghuni Lapas Sukamiskin karena Terbukti Korupsi, Kasus Apakah?

Sedangkan tingkat SMP, pembelajaran Angklung untuk penguatan pengetahuan, keterampilan dan penghayatan budaya sekaligus apresiasi terhadap karya seni. Alur capaiannya, merefleksikan perasaan cinta siswa pada seni tradisi dalam bentuk penampilan kolaborasi Angklung Diatonik.

Menumbuhkan pengetahuan dan penghayatan akan Angklung Diatonik, membangun kolaborasi dan kerja sama siswa dalam bentuk permainan Angklung berkelompok serta membangun keterampilan dalam pengetahuan pembuatan Angklung Diatonik.

Di tingkat SMA/SMK, pembelajaran Angklung penting bagi siswa untuk peningkatan pengetahuan, keterampilan dan apresiasi karya seni, pariwisata, kewirausahaan dan pelestarian serta pengembangan budaya.

Baca Juga: Perintahkan Para Kadis Harus Ngamen, Pj Bupati Kuningan Bekali Tiga Jimat Ampuh

Alur capainnya, merefleksikan perasaan cinta siswa pada seni tradisi dalam bentuk pentas kolaborasi Angklung Diatonik, mengembangkan pengetahuan dan penghayatan akan Angklung Diatonik dalam kolaborasi, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembuatan Angklung Diatonik serta menumbuhkan jiwa wirausaha seni budaya.

Alur pembelajaran Self Awareness terdiri dari mengenal seni Angklung (literasi), sejarah Angklung Diatonis (eksplorasi), mengenal bunyi dan nada (literasi), mengenal Bambu (literasi) dan mengenal potensi daerah (literasi).

Pembelajaran Self/Group meliputi produk seni dan tradisi (kolaborasi), apresiasi karya seni (kolaborasi), responshipness (diskusi), mindfullnes dan peer sharing. Serta pembelajaran Social Awareness yang terdiri dari aksi peduli sejarah daerah, aksi peduli seni tradisi (kolaborasi), belajar peduli sesama (persembahan), presentasi Angklung (festival) dan panen karya.

Baca Juga: Kuningan sebagai Kabupaten Angklung, Nama Tokoh Kujtit selalu Disembunyikan

Kendati pembelajaran Angklung terhadap siswa akan sangat bagus tetapi terdapat beberapa kendala karena kondisi sekolah. Yakni, media pembelajaran Angklung terbatas/tidak ada, pengajar/pelatih Angklung terbatas/tidak ada, modul ajar serta buku bahan ajar belum tersedia, anggaran dan sumber pendanaan masih terbatas.

Maka dari itu, perlu dilakukan langkah-langkah strategis. Di antaranya, pembentukan tim penyusun dan pengembang pembelajaran Angklung di Disdikbud Kabupaten Kuningan, penyusunan pedoman kerja pembelajaran Angklung untuk pendidikan, pemberian ruang penggunaan dana BOS dan BOPD pengadaan dan pembelajaran Angklung serta pelaksanaan pembelajaran Angklung dalam Projek P5 dan P5BK dengan anggaran swadaya/swadana.(Iyan Irwandi/KC) ***

Dapatkan informasi terbaru dan terpopuler dari Kabar Cirebon di Google News 

 

Editor: Iyan Irwandi

Tags

Terkini

Terpopuler