Rumah Baca “Lebah Madu” Dorong Minat Baca Anak Sejak Dini

- 5 September 2020, 06:01 WIB
  Tati/KC SEJUMLAH anak di Blok Sukajaya, Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka tengah membaca buku di sebuah taman di Bendung Tirta , Blok Sukajaya, Kamis, (4/9/2020).*
Tati/KC SEJUMLAH anak di Blok Sukajaya, Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka tengah membaca buku di sebuah taman di Bendung Tirta , Blok Sukajaya, Kamis, (4/9/2020).*

MAJALENGKA, (KC Online).-

Rumah Baca “Lebah Madu” berupaya mendorong minat baca anak di lingkungannya. Bahkan kegiatan membaca dilakukan di tempat terbuka untuk menghindari kejenuhan.

Pengelola Rumah Baca “Lebah Madu Yayan Ahmad Yanto mengungkapkan, dirinya membuka rumah baca sejak lebih dari setahun yang lalu, dengan 30 orang anak yang rutin datang membaca buku atau kegiatan di luar ruangan.

“Semuanya adalah anak-anak, hanya sebagian kecil ibu-ibu atau orang dewasa yang datang untuk membaca. Hanya pada saat mengantar anaknya saat pergi ke taman yang jaraknya sedikit jauh dari rumah,” katanya.

Karena untuk menarik minat anak-anak membaca, Yayan setiap dua kali dalam seminggu mengajak anak-anak pergi ke kebun yang tidak jauh dari rumahnya, atau ke Taman Dirgantara di Bundaran Munjul.

Kemudian sering pula ia mengajak anak-anak bersepeda di akhir pekan. Setelah itu mengajak anak membaca sambil beristirahat di tempat teduh di sebuah taman, sambil menggelar tikar atau di pelataran rumput.

“Kami selalu mengajak anak membaca di tempat terbuka, karena membaca di ruangan anak nampaknya jenuh. Makanya kadang saya mengajak anak bersepeda atau melakukan panjat tebing di Bundaran, setelah itu mereka diajak baca. Sarat bisa panjat tebing harus membaca terlebih dulu,” katanya.

Kadang juga Yayan mengajak menabur benih ikan di sungai, yang menih ikannya diambil dari kolam ikan miliknya atau mengajak anak-anak untuk tenis meja, setelah itu mereka membaca buku.

Ketika berangkat Yayan terlebih dulu membawa buku di dus dan tikar lipat, kemudian membawanya di bagian belakang sepeda untuk memfasilitasi anak membaca. Bagi anak yang tidak memiliki sepeda, Yayan meminjamkan empat sepedanya yang kebetulan dia memiliki 5 unit sepeda di rumahnya.

Kalau jarak sedikit jauh, Yayan membawa mobil dan membawa buku lebih banyak untuk dibaca kelompok anak asuhannya.

“Untuk merangsang anak membaca kami juga membuat pekan ceria mendongeng, dengan menghadirkan pendongeng. Jadi kita coba beragam cara untuk mengajak anak membaca agar mereka tetap senang, akhirnya ada yang setiap hari baca buku, ada yang baca tiga kali seminggu, atau dua kali sesuai acara sepeda, atau jalan kaki ke kebun,” tuturnya.

Yayan mengemukakan,  dirinya membuat rumah baca terdorong oleh anaknya yang terus menerus bermain HP. Dia dan istrinya yang sama-sama lulusan sekolah pendidikan kemudian berpikir bagaimana caranya melepaskan anaknya dari ketergantungan menonton di HP.

Hingga suatu saat dia membeli buku bacaan yang disukai anak-anak dan memabwanya ke tempat terbuka untuk membaca buku tersebut. Setelah itu ada koleganya yang menawarkan buku yang kemudian disambut gembira.

Setelah itu ada Rumah Zakat yang menawarkan beberapa program, dan Yayan mengambil program pendidikan diantaranya penyediaan buku bahan bacaan untuk anak-anak. Karena buku semakin banyak dia kemudian mengajak anak-anak SD untuk membaca di rumahnya, sebagian bersedia dan sebagian lagi nampak dengan terpaksa dan bahkan tidak mau.

Hingga akhirnya Yayan mencoba mengajak membaca di ruang terbuka sambil mereka difasilitasi air munum dan lain-lain dan ternyata disukai anak-anak.

“Ada 30 anak yang jadi komunitas baca. Mereka yang sudah sekolah di SMP tidak mau bareng lagi untuk membaca,” katanya.

Ketika kegiatan berlangsung, Yayan dan Onih berupaya mengedukasi anak-anak untuk bersikap tertib, dengan tidak asal melempar sampah, namun menyimpannya di keranjang atau kantung yang tersedia untuk dikumpulkan di bank sampah dan hasilnya didonasikan bagi anak yatim  dan dhuafa.

Di perpustakaannya kini tersedia 500 buku dengan jumlah 400 judul. Jumlah tersebut masih kurang karena ternyata anak-anak asuhnya ada yang sudah dua hingga tiga kali membaca satu buku. Buku yang dibutuhkan rata-rata buku agama,  karena mungkin kondisi lingkungan di kampungnya cukup agamis. Malah buku iqro dibutuhkan karena banyak anak TK yang mulai belajar membaca .

“Kami butuh banyak buku, buku iqro juga butuh banyak, yang tersedia hanya sedikit itu semua terpakai, kami butuh fasilitas agar mereka bisa terus membaca,” katanya.(Tati/KC)

Editor: Dandie Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah