WARGA di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka lakukan ritual gerhana bulan (sunda: samagaha), ritual ini disebut uar. Uar adalah hajat ketupat dan tangtangangin (kupat yang bungkusnya berasal dari daun bambu), ritual untuk mencegah bahla (petaka) setelah kejadian gerhana, Kamis (27/5/2021) sore.
Upacara tersebut biasa dilakukan pada keesokan harinya setelah malam terjadi samagaha (gerhana bulan), uar dilakukan menjelang salat Magrib, dan persiapan mulai pukul 17.30 WIB.
Pada keesokan hari setelah terjadi gerhana bulan atau jika terjadi gerhana matahari, warga di Desa Nunuk beramai-ramai membuat kupat keupeul. Disebut kupat kepeul karena bentuknya kecil sebesar kepalan tangan anak-anak. Kupat terbuat dari sehelai daun kelapa sehingga bentuknya kecil. Selain membuat kupat, warga membuat puluhan tangtagangin.
“Setiap rumah membuat belasan hingga puluhan kupat dan tangtangangin. Setelah ketupat dan tangtangangin matang, usai salat Ashar diserahkan kepada sesepuh desa atau kuncen untuk dijadikan sesajen para ritual, setelah semua kupat dan tangtagangin terkumpul kemudian disimpan menyebar di atas terpal atau pada jaman dulu tampir buleud (nyiru berukuran besar diameter 2 meteran),” ungkap Sri Susilawati.
Menjelang Magrib, anak-anak berkumpul di depan kantor balai desa, sedangkan kupat dan tangtangangin disimpan di terpal kemudian anak-anak duduk melingkar menghadapi tangtangangin dan ketupat disimpan tak beratauran.