KABARCIREBON - Banjir yang melanda Desa Salawangi dan sebagian Cimanggu Hilir, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka pada Sabtu dan Minggu (1-2/4/2023) membuat keprihatinan para pegiat lingkungan di Majalengka.
Pasalnya, wilayah tersebut adalah wilayah pegunungan yang sebelumnya dinyatakan tak pernah terjadi banjir. Tapi banjir yang terjadi kemarin melanda areal pesawahan hingga ke pemukiman warga setempat walaupun tidak sempai merendam rumah mereka, namun air di jalan dan pekarangan air mengalir deras.
Terjadinya banjir dituding akibat aktivitas penambangan batu andesit yang terjadi sejak belasan tahun lalu dan batunya dikirim ke sejumlah sentra penggergajian batu di Majalengka dan Cirebon serta wilayah lainnya. Gunung-gunung di wilayah tersebut batunya ditambang, dan dituding tak mengindahkan lingkungan dan dampaknya terjadi banjir bandang.
Baca Juga: Kader PKB: Penyegaran Struktural Partai Tidak Harus Ganti Ketua
Ramdhani salah seorang pegiat lingkungan di Majalengka menyatakan keprihatinanya, karena kondisi alam di wilayah Majalengka bagian Selatan semakin hari semakin rusak kelestariannya.
Padahal Majalengka bagian Selatan adalah "paru-parunya" Kabupaten Majalengka, dan seyogianya 30 persen dari laus wilayah adalah hutan, namun kini itu disanksikan.
“Harus diakui hutan terbanyak di Majalengka berada di Selatan, mata air juga di Majalengka bagian Selatan, demikian halnya dengan keberadaan hulu sungai. Sebagai warga Majalengka saya merasa sedih melihat kondisi alam Majalengka saat ini,” ungkap Ramdhani.