Kisah Kakek Juhani 97 Tahun, Dipeluk Pramugari Karena Minta Turun dari Pesawat Ingat Belum Ngasih Makan Ayam

- 4 Juni 2023, 20:14 WIB
Kakek Juhani Usia 97 Tahun asal Majalengka merupakan calon haji tertua dari Indonesia. Ia saat berada di Madinah.
Kakek Juhani Usia 97 Tahun asal Majalengka merupakan calon haji tertua dari Indonesia. Ia saat berada di Madinah. /Kabar Cirebon/Foto Tati Purwati/

KABARCIREBON - Juhani seorang jemaah calon haji asal Desa Batujaya, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka adalah calon haji tertua dari Kabupaten Majalengka yang tergabung pada kloter I, berangkat dari Bandara Kertajati Minggu 28 Mei 2023.

Usia Juhani menurut keterangan anak tertuanya menginjak 97 tahun, namun pada paspor tercatat 95 tahunan. Belakangan namanya cukup populer di kalangan jemaah calon haji juga di sosial media.

Karena banyak yang memposting foto dan tingkahnya baik di pesawat maupun saat keberangkatan dan turun dari pesawat.

Baca Juga: Jajaki Kerjasama dengan Korea Selatan, Sekda Hilmy: Digitalisasi Sangat Penting Diera Sekarang

Di pesawat, ia sempat dipeluk pramugari ketika mencari tempat duduk. Dan pramugari Saudia Airlines menunjukan tempat sang kakek berdasarkan nomor kursinya.

Demikian juga ketika hendak turun dari pesawat. Kakek Juhani disebut-sebut minta turun dari pesawat karena lupa belum ngasih makan ayam peliharaan di rumah. Kisah ini pun membuat para jemaah tertawa. Petugas TPHD memoto pramugari yang memeluk Juhani.

Abah Juhani, jamaah haji asal Majalengka yang mengundang gelagat tawa ketika berbicara dengan Pramugari bahwa ayamnya lupa diberi makan./tangkap layar instagram @undercocer
Abah Juhani, jamaah haji asal Majalengka yang mengundang gelagat tawa ketika berbicara dengan Pramugari bahwa ayamnya lupa diberi makan./tangkap layar instagram @undercocer

Tim Pemandu Haji Daerah Ust Yuyud Aspiyudin, berulang kali membuat video dan foto Kakek Juhani. Dan ia pun sering mengajaknya untuk ngobrol termasuk ketika hendak turun dari pesawat saat pramugari mempersilahkan para penumpang turun.

Baca Juga: Ujian Sekolah di Kelas VI SD Negeri 3 Kertajati Majalengka Cuma Diikuti 4 Siswa, Imbas Pembangunan Bandara

“Ketika akan turun saya meminta ijin pramugari untuk difoto dan memvideokannya bersama Abah Juhani dan pramugari berkenan,” ungkap Yuyud.

Beberapa menit hendak turun dari pesawat di Bandara Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz Madinah sekira pukul 08.20 waktu setempat, Juhani nampaknya teringat semasa muda bahwa dia harus memberi makan ayam peliharaanya.

Dia meminta ijin untuk pulang terlebih dulu ke rumah. “Dia berkata, ‘ka imah heula rek marab heula hayam’. Mungkin karena lansia, perasaan dia masih di kampungnya,” ungkap Yuyud.

Baca Juga: Cirebon Jadi Miniatur NKRI tentang Kebhinekaan

Begitu turun dari pesawat di sela – sela sedang mengobrol dengan pramugari, nampaknya tas selempang yang dipegang oleh Juhani diambil oleh petugas penjemput dengan maksud membantunya.

Namun, pemilik tidak sadar bahwa tasnya berisi dokumen pribadi seperti paspoor, KTP, visa dan lain-lain yang harus selalu dipegang.

Karena tas dianggap hilang sedangkan semua dokumen tersimpan di sana serta semua jemaah sudah berada di tempat pemeriksaan Imigrasi, maka petugas kebingungan dan berusaha mencarinya. Namun akhirnya, tas ditemukan 30 menit kemudian llau diamankan oleh peugas penjemput tadi.

Baca Juga: Pesan Waisak, Memperkokoh Moral, Membangun Kedamaian Bangsa

“Ketika masuk ke Imigrasi ternyata tas selempang yang harusnya di bawa kakek Juhani tidak ada, kami kebingungan dan berusaha untuk mencarinya. Alhamdulillah ketemu di tas tentengan yang dibawa petugas bandara ke bis penjemputan menuju hotel.” ungkap Yuyud.

“Abah Juhani ini lansia dan kena Deminsia, kata orang sunda pikun/linglung,” kata Yuyud.

Menurutnya, pada pelaksanaan salat Jumat 2 Juni 2023, Abah Juhani diajaknya untuk menunaikan salat di Masjid Nabawi, begitu keluar dari hotel langsung berkata “Aya panon poe geuning Alhamdulillah”.

Baca Juga: Kantor DPC PDIP Kabupaten Cirebon Disegel, Gotas: Saya Pemilik Lahan Tidak Pernah Mendapatkan Uang Sewa

Dia berkata demikian karena mungkin selama ini terus berada di ruangan, karena untuk menghemat tenaga agar nanti bisa menunaikan rukun haji.

Ketika ke masjid, Juhani terus diganteng petugas kesehatan sambil diapit Yuyud, karena khawatir terlepas dari kendalinya. Namun demikian, saat berjalan Juhani nampak trenginas.

Kamari dicandak jumaahan ka masjid, bingaheun pisan, nyebat aya panon poe geuning, Alhamdulillah, saurna. Sekali-kali diajak oge ka kamar petugas,” ungkap Yuyud.

Baca Juga: Ini Cara Anak Muda di Cirebon dan Priangan Timur Hadapi Perbedaan

Menurut Yuyud, kakek Juhani bukan satu-satunya jemaah haji yang terganggu kondisi kesehatannya. Namun, ada beberapa jemaah lain bahkan ada yang tidak bisa beranjak dari hotel karena kondisinya yang tak memungkinkan.

Abah Juhani saat berada di Madinah.*
Abah Juhani saat berada di Madinah.*

"Ada juga satu jamaah yang gak bisa kemana-mana karena kesehatannya. Terpaksa, saya cari mukimin yang ada di Madinah untuk ngurusin, dari mulai mandi dan aktivitas lainnya termasuk ibadah. Kekek Juhani tergolong sehat, berjalan masih kuat hanya memang sedikit dimensia" demikian Yuyud.

Baca Juga: Cuaca Panas Jadi Tantangan Saat Ibadah Haji, Bupati Imron Kasih Caranya

Daftar berhaji

Anak pertama Juhani, Siti Nariah (67 tahun) ditemui di rumahnya di Batujaya mengungkapkan, beberapa tahun setelah ibunya Sariah meninggal di tahun 2006, ayahnya bersikeras ingin berangkat haji. Hingga 13 tahun lalu, orang tuanya mendaftar dan langsung melunasi ONH

Untuk berangkat berhaji, orangtuanya tersebut menjual sawah dan hasil penjualan mencukupi untuk ONH.

“Kami semua menyetujui menjual sawah karena semua anak sudah mendapatkan bagiannya masing-masing. Rumah juga semua sudah dibuatkan.” ungkap Siti Nariah.

Baca Juga: Gotas Segel Kantor DPC PDIP Kabupaten Cirebon

Sejak dua tahun terakhir, keseharian Juhani menurut Siti Nariah tetap berada di rumah tidak melakukan aktivitas apapun selain berangkat salat ke masjid setiap lima waktu.

Berbeda dengan sebelumnya dia masih bisa datang ke pengajian di Desa Baribis.

Disinggung soal keinginan orang tuanya untuk pulang terlebih dulu saat hendak turun dari pesawat karena ingin memberi makan ayam, Nariah menyebutkan, kemungkinan itu karena teringat masa muda yang memelihara ayam cukup banyak.

Baca Juga: KAI Hadirkan Timbangan Berusia Ratusan Tahun di Momen Ultah Ke-111

“Mungkin ingat masa muda dulu karena banyak ayamnya, serta memelihara kambing cukup banyak. Upami lebaran piarang newak masing-masing ku bapa teh,” ungkap Nuriah.

Setelah istrinya meninggal 17 tahun lalu, Juhani yang kini memiliki 9 cucu dan 9 cicit, tidak lagi ke sawah atau memelihara ternak, aktifitasnya hanya beribadah.

Untuk bekal berhaji ketiga anaknya saling urunan, uang Rp 5.000.000 dititipkan kepada ketua regu karena khawatir hilang. Karena, Kakek Juhani sudah tidak bisa mengingat nilai uang ataupun menyimpan uang sekalipun.

Baca Juga: Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Dorong Eksekutif Tingkatkan Honor Petugas Puskesos

Uang sebesar itu untuk sewa kursi roda saat menunaikan rukun haji karena tak mampu berjalan cepat seperti jemaah lain.

“Kalau untuk makan karena tidak bisa makan makanan yang keras, saya bekali abon, uyah suuk, dan kecap. Cemilannya dibekali biskuit,” ungkapnya.

Dia berharap, orang tuanya tetap sehat selama menjalankan ibadah haji, seperti saat berada di tanah air yang nyaris tidak pernah sakit dan selalu sabar.

Baca Juga: Erick Thohir Jadi Penyebab Argentina Mau ke Jakarta Lawan Timnas Indonesia, Juara Sea Games vs Juara Dunia

Kini keluarganya setiap malam Jumat mengundang tetangga dan ustad mengadakan yasinan guna mendoakan kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah haji.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x