Aki Iwaya menyebutkan, di Jepang sebetulnya masih ada beberapa tradisi leluhur yang kini masih dijalani, namun hanya di lakukan di daerah–daerah tertentu.
Berkumpul orang dalam jumlah banyak hanya dilakukan di gedung, itu pun harus bayar.
Baca Juga: Road to West Java Festival 2023 Ngaruntuy Seni di CFD Taman Kota Kuningan, Wagub Uu Terpukau
Pemerintah tidak memberikan dukungan material bagi kegiatan semacam itu, hanya panitia penyelenggara bisa memperoleh uang banyak dari tiket yang dijualnya untuk sebuah kegiatan yang mengumpulkan massa.
“Berkumpul, berdialog seperti ini sudah tidak ada, adanya di gedung dan harus bayar,” katanya.
Mereka juga mengagumi Pemerintah Indonesia yang memberikan kebebasan berpendapat bagi masyarakatnya tanpa kekangan apa pun.
Kehidupan masyarakat di Jepang katanya sudah individualistis, hingga dengan tetangga pun nyaris tak pernah berkomunikasi bahkan ada yang tidak saling mengenal.
Karena masyarakatnya pergi pagi pulang malam untuk bekerja.
“Di kami pada 10 tahun ke depan akan banyak rumah kosong karena tidak ada penghuninya,” ungkap Aki Iwaya yang mengagumi rumah–rumah penduduk di Kaputren dengan ukuran besar–besar.