Pupuk yang diperolehnya dari penyalur tidak memenuhi kebutuhan, kekurangannya mereka penuhi dengan pupuk non subsidi seharga Rp8.000 per kg serta pupuk mutiara seharga Rp17.000 per kg, untuk mengembangkan rumpun.
“Entos mun teu digemuk meureun moal panen,” katanya
Neneng penyalur pupuk di Kelurahan Cicenang, Kecamatan Cigasong menyebutkan, ada sejumlah petani yang membeli semua kuota pupuknya dengan alasan kurang. Dengan begitu petani tidak akan bisa memperoleh pupuk di MT (musim tanam gadu).
“Mereka kan kuotanya hanya 25 kg urea dan 12 kg phonska untuk luas lahan 125 bata, sekarang diambil semua, jadi tidak akan punya pupuk,” ungkap Neneng yang baru mendapat kiriman sebanyak 8 ton urea dan 2 ton phonska.
Baca Juga: Kolaborasi dengan Kodim 0616 Indramayu, PWI Indramayu Tanam Bibit Pohon dan Bersih-bersih Sungai
Bagi petani tidak akan ada persoalan membeli pupuk mahal manakala harga gabah terus mahal seperti sekarang mencapai Rp850.000 per kg.
Karena biaya pupuk bisa tertutupi dari hasil panen. Namun biasanya begitu masuk musim panen harga gabah langsung merosot hingga Rp400.000 per kw bahkan kurang dari Rp400.000 per kw.
Kuota Turun 50 persenan
Baca Juga: Polres Cirebon Kota Gelar Bakti Kesehatan Kepada Petugas KPU