KABARCIREBON - Kalangan petani di Kabupaten Majalengka merasa kebingungan dengan menurunnya kuota pupuk dari tahun ke tahunnya apalagi pada tahun 2024, untuk memenuhi kekurangan pupuk untuk pemupukan pertama petani terpaksa menggunakan pupuk non subsidi dengn harga Rp8.000 per kg serta pupuk mutiara yang harganya bisa mencapai Rp17.000 per kg.
Dalam mengawasi pendistribusian pupuk, Pemerindath Daerah (Pemda) Majalengka telah membentuk tin terdiri dari Dinas Pertantian, Kejaksaan, Kepolisian serta TNI.
Sejumlah petani mengatakan, penurunan kuota pupuk hampir mencapai setengahnya, dimana jika pada 2023 dari luas lahan 125 bata, kuota mencapai 37 kg untuk urea dan 12 kg untuk phonska, saat ini hanya 24 kg urea dan 12 kg phonska.
Baca Juga: Said Abdullah: Pemilu Jadi Alternatif Terbaik Regenerasi dan Suksesi Kepemimpinan
Salah seorang petani, Udin, dari Kelurahan Cicurug mengaku mengalami keterlambatan pemupukan kedua karena pupuk di kios tempatnya ia beli kosong, pupuk baru akan datang pada Selasa, 16 Januari 2024 ini. Sedangan, usia padinya kini sudah mencapai 23 hari.
“Keur mah gemukna ngan meunang saeutik telat deui, (Sudah pupuknya hanya memperoleh sedikit diperparah terlambat mupuk)," ungkap Udin yang terpaksa membei pupuk mutiara dengan harga sangat mahal karena khwatir perkembangan rumput padinya kurang bagus.
Hal senada disampaikan pasangan suami istri Aniah dan Wardi petani di Desa Pasirmuncang, Kecamatan Panyingkiran, Mereka bahkan mengeluhkan kartu taninya sudah kedaluarsa sehingga penyalur menyarankan segera memperbaharuinya.
Aniah dan Wardi mengaku tidak mengetahui kalau pembelian pupuk cukup menggunakan KTP.
“Kamari teh piwarang ngadamel kartu tani, tos dipasihkeun SPPT na mah ka PPL da ngadamelna cenah kedah ka Jakarta. Mun telat ngadamel engke moal kenging gemuk,” ungkap Wardi yang mengolah lahan seluas 2.400 m persegi.