KABAR CIREBON - Umat Muslim pasti sudah terbiasa dengan tradisi bersalaman pada Hari Raya Idul Fitri. Seusai menjalankan puasa di Bulan Ramadhan, kita saling meminta maaf saat merayakan Lebaran.
Ternyata meminta maaf dengan simbol bersalaman, ternyata selain penting di dunia, juga sangat bermanfaat di kehidupan akhirat nanti.
Tapi, kadang meminta maaf dan memaafkan sangat sulit dilakukan. Pada diri kita sering kali didorong oleh ego masing-masing dan merasa paling benar.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai dan memaafkan. Sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."
Jadi sesama umat Muslim harus menjaga kedamaian. Jika terjadi persoalan segeralah saling memaafkan. Karena itu merupakan jalan bertakwa kepada Allah SWT.
Sekarang coba simak apa yang diceritakan Rasulullah SAW saat berkumpul dengan sejumlah sahabatnya.
Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.
Sahabat Umar bin Khattab r.a. yang berada di situ, bertanya : "Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?"
Nabi Muhammad SAW menjawab : "Aku di beritahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah Azza wa Jalla."
Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata : "Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah SWT berfirman : "Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun?"
Orang itu berkata : "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku di pikul olehnya,"
Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Rasulullah tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis.
Lalu, Rasulullah berkata : "Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."
Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya. Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi : "Sekarang angkat kepalamu."
Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata : "Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb?"
"Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb ? Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman : "Istana itu di berikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata : "Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman : "Engkau pun mampu membayar harganya."
Orang itu terheran-heran, sambil berkata : "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman : "Caranya, engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku."
Orang itu berkata : "Ya Rabb, kini aku memaafkannya,"
Allah SWT berfirman : "Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu."
Jadi meminta maaf dan memaafkan bisa menuntun kita ke jalan menuju surga.***