Usai Sentil Kondisi Parpol Pendukung Jokowi Mulai Pecah, Ini Kritik Pengamat Politik 2Indos Bagi Partai Gelora

- 13 Februari 2023, 06:46 WIB
dvokat dan Direktur Politik Perundang-undangan (Polperu) 2Indos, Khalid Akbar memberikan kritikan terhadap Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah
dvokat dan Direktur Politik Perundang-undangan (Polperu) 2Indos, Khalid Akbar memberikan kritikan terhadap Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah /Istimewa/

KABAR CIREBON -Pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, yang menyentil kondisi koalisi partai politik pendukung Presiden Joko Widodo, mendapatkan sorotan tajam dari Advokat dan Direktur Politik Perundang-undangan (Polperu) 2Indos, Khalid Akbar. Perlu diketahui, 2Indos sendiri merupakan lembaga konsultan politik dan survei, yang berfokus meneliti dan mengkaji partisipasi politik millenial (Gen Y) dan Gen Z.

"Sebaiknya menurut kami, Pak Fahri Hamzah tidak usah menjadi peramal atau sibuk mengurusi kehidupan partai lain. Lebih baik fokus mengurusi rumah tangga partainya sendiri agar dapat lolos Parliamentary Threshold di Pemilu 2024 mendatang,"kata Khalid kepada Kabar Cirebon.

Hal itu penting dilakukan, sambung dia, sebab berdasarkan aturan Pasal 414 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPPU) Nomor 1 Tahun 2022, Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Isinya berbunyi: partai politik peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4 persen, dari jumlah suara sah secara nasional untuk ikut penentuan perolehan kursi di DPR RI.

Baca Juga: PEMILU MAJALENGKA : Partai Gerindra Majalengka Silaturrahmi ke PWI, Salurkan Sembako dan Kupas Beragam Isu

Menurut analisa Khalid, Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora) memiliki potensi besar dapat lolos dari ambang batas tersebut. Sebab partai pendatang baru ini merupakan parpol yang dipelopori oleh dua politisi Gen X, yang lahir antara 1965-1980. Keduanya memiliki pengaruh besar pada perjalanan sejarah perpolitikan di tanah Air. Keduanya yakni H. Muhammad Anis Matta,Lc, M.A dan Fahri Hamzah,S.E.

"Sejarah karir politik keduanya tak bisa dianggap enteng, sebab Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta sudah malang melintang di kancah politik nasional. Dengan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI 2009- 2013. Dan puncaknya menjadi Presiden PKS 2013-2015,"ujarnya.

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, lanjut Khalid, merupakan Anggota DPR RI 3 Periode. Karir puncaknya berhasil menduduki jabatan Wakil Ketua DPR RI 2014- 2019. "Kedua politisi ini merupakan aktivis KAMMI, yang memilih PKS sebagai jalur perjuangan politiknya. Dan kiprahnya di dunia politik sudah teruji,"katanya.

Baca Juga: PEMILU MAJALENGKA : Bangun Komitmen dan Kesungguhan Bacaleg, PKB Majalengka Gelar Uji Kelayakan dan Kepatutan

Semestinya, lanjut dia, Anis dan Fahri berfikir dan berupaya keras bagaimana Partai Gelora menjadi pemenang dan meraih suara sah nasional. Dengan cara mampu mengkonsolidasikan kekuatan serta mendukung proses kaderisasi, dengan memunculkan kader-kader muda yang berasal dari Gen Y (lahir antara 1981 -1995) dan Gen Z (lahir antara 1996 - 2009).

Hal ini penting untuk mewakili Partai Gelora di kancah Nasional. Harapanya mereka akan membawa gagasan-gagasan segar untuk Indonesia. Sehingga publik tidak bosan melihat wajah lama, yang orangnya itu-itu saja seperti Fahri Hamzah.

Fenomena semacam ini pernah dialami Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kader-kadernya acapkali menjadi narasumber di TV Nasional dan PSI mengklaim mewakili suara anak muda sebagai partai politik anak muda antara tahun 2018-2019. PSI saat itu masih dikomandoi oleh Grace Natalie.

Baca Juga: PEMILU MAJALENGKA Pemilu Serentak 2024 di Depan Mata, Ini Arahan Presiden Jokowi Agar Pemilu Berjalan Sukses

"Namun PSI di Pemilu 2019 itu berakhir tragis dengan hanya memperoleh suara hanya 1,8 persen atau 2,65 juta suara. Seandainya Parliamentary Threshold tahun 2009 diterapkan pada Pemilu 2019, maka PSI pun tidak akan lolos ke Senayan,"paparnya.

Berkaca pada pengalaman itu, Khalid mengingatkan Fahri Hamzah, bahwa Gen Y dan Gen Z lebih memiliki kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisir massa secara massif. Terutama dalam memenangkan partai di Pileg tahun 2024 dari balik layar. Mereka akan mengoptimalkan kekuatan dasyat teknologi.

Di antaranya memanfaatkan algoritma search engine, pengaruh media sosial, dan aggregator untuk meminimalisir biaya politik di lapangan. Sekaligus memberikan efek besar bagi partai. Termasuk di daerah daerah seperti di Kabupaten Majalengka, maupun kabupaten dan kota lainnya di Indonesia.  

Baca Juga: PEMILU MAJALENGKA - PPK PPS Panwaslu PKD dan Parpol Wajib Tahu. Ini Tahapan Pelaksanaan Pemilu Serentak 2024

Sehingga jualan parpol dapat laku di pasaran dan diterima rakyat Indonesia. Outcome-nya adalah rakyat akan berbondong-bondong memilih partai tersebut. Dan target perolehan suara sah nasional sebanyak 4 persen tercapai, khususnya partai-partai pendatang baru.

"Malu juga kan jika Partai Gelora yang di dalamnya terdapat dua politisi Nasional berpengalaman dan sudah banyak menikmati asam garam politik di Indonesia ini, malah mengulangi kembali tragedi PSI di Pemilu 2019,"tutupnya.***

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah