Benarkah Muhaimin Iskandar Keponakan Gus Dur? Ternyata Seperti Ini Silsilah Keduanya

- 9 September 2023, 11:09 WIB
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (kiri) dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Kanan).*
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (kiri) dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Kanan).* /Antara/Wisnu Adhi dan Antara Foto

KABARCIREBON - Benarkah Muhaimin Iskandar keponakan Gus Dur? Pertanyaan itu muncul karena banyak yang menyebut jika Cak Imin dan Gus Dur memiliki hubungan keluarga antara paman dan keponakan. Lantas dimana titik temunya, seperti apa silsilah keduanya.

Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, Sabtu, 9 September 2023, Muhaimin Iskandar akrab disapa Cak Imin. Nama lengkapnya Abdul Muhaimin Iskandar. Lahir di Jombang, Jawa Timur tanggal 24 September 1966.

Ayahnya bernama Muhammad Iskandar, seorang kiai atau guru dan keluarga dari pendiri Pondok Pesantren Manbaul Ma'arif, Jombang, Jawa Timur. Ibunya, Muhasonah Iskandar yang kemudian menjadi pimpinan di pondok pesatren tersebut.

Baca Juga: Dinas Pendidikan dan Kebudayan Kuningan Gelar Lomba Ngakeul

Dalam banyak kesempatan, Cak Imin yang kini menjadi bakal calon wakil presiden berpasangan dengan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mengenal Gus Dur sejak kecil. Bakal calon wakil presiden yang diungsung Nasdem, PKB dan PKS itu mengaku banyak belajar dari Gus Dur.

Bahkan, Muhaimin Iskandar mengaku Gus Dur pernah mengajarinya bermain sepak bola. Lantas dimana titik temu hubungan paman dan keponakan antara Cak Imin dan Gus Dur. Ternyata, ada di jalur ibunya yakni Muhasonah Iskandar.

Kakek dan nenek buyut Muhaimin Iskandar adalah KH Bisri Syansuri dan Hj. Nur Chodijah dari jalur ibu. KH Bisri Syansuri juga merupakan kakek Gus Dur dari jalur ibu. Seperti ini silsilahnya.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Pedagang Bakso yang Populer di Kabupaten Sarolangun, Bakso AJB dan Bakso Suka Damai Bisa Dicoba

Silsilah Muhaimin Iskandar dan Gus Dur dari Jalur Ibu

KH Bisri Syansuri dan Hj. Nur Chodijah memiliki 9 anak yaitu KH Ahmad Bisri, Muasomah, Muslihatun, Sholihah, Musyarofah, Sholihun, Ali Abdul Azis dan Shohib.

Adapun dari kesembilan anak tersebut, Nenek Cak Imin atau Muhaimin Iskandar adalah Muasomah. Muasomah menikah dengan KH Hasbullah Salim. Dari pernikahan tersebut lalu dikaruniai dua anak yakni Hj. Sholihati Jusuf dan H. Muhasonah Hasbullah.

Kemudian, salah satu dari anak Muasomah dan KH Habsullah Salim yakni Hj. Muhasonah Hasbullah menikah dengan KH Muhammad Iskandar. Pernikahan KH Muhammad Iskandar dengan Hj. Muhasonah melahirkan 6 orang anak di antaranya adalah Cak Imin atau Muhaimin Iskandar.

Baca Juga: Saling Senggol, Ada Apa Sebenarnya Antara Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar? Begini Kronologisnya

Cak Imin merupakan putra ke-4 dari 6 bersaudara dan adik dari Abdul Halim Iskandar yang kini menjabat sebagai Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Lalu dimana titik temunya dengan Gus Dur? Titik temunya ada di kakek buyut Cak Imin yakni KH Bisri Syansuri dan Hj. Nur Chodijah. Seperti yang dijelaskan di kalimat awal, KH Bisri Syansuri dan Hj. Nur Chodijah memiliki 9 anak, salah satunya bernama Sholihah yang juga saudara kandung Muasomah (nenek Cak Imin).

Nah, Sholihah menikah dengan KH Abdul Wahid Hasyim memiliki anak bernama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Maka dapat disimpulkan bila Cak Imin masih merupakan keponakan Gus Dur berdasarkan akar silsilah keluarga hubungan darah dari kakek buyut.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Pedagang Pempek yang Murmer di Kota Mataram, Bisa Dicoba Pempek Cendana dan Pempek Bunda Al

Jika Cak Imin atau Muhaimin Iskandar adalah keponakan Gus Dur maka hubungannya dengan Yenny Wahid adalah sepupu. Kini, Cak Imin diusung sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Anies Baswedan diusung Nasdem, PKB dan PKS.

Awal Perseteruan

Yenny Wahidi (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kanan)
Yenny Wahidi (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kanan)

Lantas, mengapa terjadi perseteruan antara Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar jelang Pilpres 2024. Perseteruan itu dimulai saat Muktamar PKB tahun 2005.

Saat itu, Muhaimin terpilih menjadi Ketua Umum PKB melalui Muktamar. Sedangkan Gus Dur ditetapkan menjadi Ketua Dewan Syura PKB.

Baca Juga: Peninggalan Zaman Belanda: di Tengah Keterbatasan Fasilitas, SDN di Majalengka ini Banyak Torehkan Prestasi

Dimulai dari muktamar itulah terpecahnya PKB menjadi dua kubu, yaitu antara kubu Gusdur dan Kubu Muhaimin.

Lantas pada Maret 2008 muncul kabar ada upaya untuk melengserkan Gus Dur dari posisi Ketua Dewan Syura PKB. Caranya melalui Muktamar Luar Biasa (MLB).

Namun, dalam rapat rutin gabungan DPP PKB pada 26 Maret 2008 diputuskan mencopot Muhaimin dari posisi Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB.

Baca Juga: Terlengkap dan Terbaru Layanan SAMSAT Keliling Kabupaten Cirebon pada September 2023

Dari 30 orang yang hadir, 20 orang memilih opsi agar Muhaimin mundur, 5 orang mendukung agar digelar MLB, 3 suara menolak MLB, dan 2 abstain.

Merasa tidak mendapatkan hak suara, Muhaimin Iskandar menggugat Gusdur ke PN Jakarta Selatan atas pemecatannya, PKB pimpinan KH Abdurrahman Wahid menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) di Ponpes Al-Asshriyyah, Parung, Kabupaten Bogor, pada 30 April sampai 1 Mei 2008.

MLB itu menghasilkan keputusan Gus Dur sebagai Ketua Umum Dewan Syuro PKB. Lalu, Ali Masykur Musa menggantikan Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz, dan Yenny Wahid tetap sebagai Sekjen.

Baca Juga: Guru Besar Manajemen Pendidikan Islam Lahir dari IAIN Cirebon

Tidak hanya diam dan tidak mau kalah, pada 2-4 mei 2008 Muhaimin mengadakan Musyawarah Luar Biasa (MLB). Hasilnya, Muhaimin Iskandar menjadi Ketua Umum PKB. Dalam MLB kubu Muhaimin juga menetapkan KH Aziz Mansyur sebagai Ketua Dewan Syuro, dan Lukman Edy sebagai Sekjen.

Meski terpecah menjadi 2 kubu, tetapi PKB lolos sebagai salah satu partai peserta Pemilu 2009. Proses pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) kedua kubu pun terpisah.

PKB Gus Dur menggelar pendaftaran caleg di kantor DPP PKB di Kalibata, Jakarta Selatan. Sedangkan PKB Muhaimin menggelar pendaftaran caleg di kantor Lembaga Pemenangan Pemilu PKB.

Baca Juga: Di Cirebon, Cak Imin Ungkap Jangan Ada Lagi Cebong dan Kampret

Perpecahan kubu ditubuh PKB terus mencuat hingga pada tiktik Muhaimin memecat Yenny Wahid dari posisi Sekjen PKB. Alasannya adalah Yenny terbukti indisipliner dan mengancam keutuhan partai.

Kedua kubu lantas saling menggugat ke pengadilan. Namun pada 19 Juli 2008, Mahkamah Agung memutuskan menolak permohonan kasasi PKB Gus Dur.

"Gus Dur yang pendiri partai disebut oleh Cak Imin guru politiknya malah dikudeta, apalagi rakyat, susah kan mau milih pemimpin seperti itu nanti," kata Yenny dalam sebuah wawancara dengan media.

Baca Juga: Bacaleg PKB Kota Cirebon: Kami All Out Menangkan Cak Imin di Pilpres 2024

Sementara, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin membantah pernyataan Yenny Wahid. Ia menegaskan justru dirinya yang dikudeta. Cak Imin menyatakan dirinya tidak pernah merebut PKB dari tangan Gus Dur.

"Yang benar adalah justru saya yang dikudeta oleh orang-orang yang kemudian Gus Dur memberhentikan saya. Bahkan, saya dengan ikhlas berhenti dari ketua umum," tutur Muhaimin.

Dari sinilah awal perselisihan antara Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar. Perseteruan keduanya pun berdampak pada suksesi pemilu di daerah.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah