Misteri Jembatan Sewo Jalur Pantura Indramayu, Apa Maksud dari Lempar Uang Receh? Begini Kisahnya

- 14 April 2024, 20:09 WIB
Ilustrasi Penyapu koin di Jembatan Sewo Jalur Pantura Indramayu
Ilustrasi Penyapu koin di Jembatan Sewo Jalur Pantura Indramayu /Kabar Cirebon/

KABARCIREBON - Jembatan Sewo Indramayu terkenal karena menyimpan misteri. Jembatan yang berada di Kecamatan Sukra, bagian dari jalur pantura Indramayu itu, identik dengan tradisi lempar uang receh.

Bukan hanya uang receh rupiah, ada juga pengemudi yang melempar uang kertas pecahan Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu. Uang-uang yang dilempar di jalanan itu, diperebutkan para penyapu jalan.

Lalu, tahukah anda, ada misteri apa, dan apa maksud dari lempar uang receh tersebut? Karena, aksi penyapu jalan berebut uang receh di sepanjang jalur pantura menuju Jembatan Sewo kerap menimbulkan kecelakaan lalulintas.

Baca Juga: Banyak Lampu Lalulintas, Puluhan Ribu Pemudik Menyemut di Jalur Pantura Kota Cirebon

Bahkan, tak sedikit dari penyapu jalan itu yang tertabrak pengemudi di jalur pantura. Kini, pada arus mudik dan balik lebaran 2024, jumlah penyapu jalan di jalur pantura arah Jembatan Sewo makin banyak.

Lalu, benarkan melempar koin, uang rupiah recehan oleh para pengemudi mobil saat melintasi Jembatan Sewo Indramayu untuk menghindari hal buruk?

Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, ada banyak kisah misteri yang melatarbelakangi terjadinya pelemparan uang receh di sepanjang jalur pantura Jembatan Sewo Indramayu.

Baca Juga: Jalan Rusak Cirebon Timur Hadang Pemudik, Mereka Heran Kabupaten Lain Jalannya Mulus

Kisah mistis pertama soal seniman jalanan yang kembar bernama Saedah dan Saini yang meninggal kemudian menjelma menjadi buaya putih dan pohon bambu.

Seperti apa ceritanya? Dikutip dari Kabar Indramayu Grup Pikiran Rakyat Media Metwork (PRMN), Saedah dan Saeni merupakan wanita kembar yang hidup dalam garis kemiskinan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka mengamen di Jembatan Sewo untuk mendapatkan saweran uang recehan dari pengemudi mobil.

Namun nahas, mereka meninggal dunia di sekitar Jembatan Sewo. Masyarakat percaya arwah dari kakak beradik itu tetap hidup di bawah jembatan sewo. Kisah inilah yang memunculkan ritual lempar uang koin.

Baca Juga: Dapat Uang Kaget dari Dedi Mulyadi, Juru Parkir SPBU di Pantura Ini Menangis Bahagia

Ritual melempar koin ini adalah untuk memberi saweran pada Saedah dan Saeni. Pasalnya, pada masa lalu, Saedah dan Saeni selalu mementaskan seni ronggeng. Saedah berperan sebagai penabuh gendang dan Saeni sebagai penarinya.

Mereka selalu menampilkan kesenian tradisional ini di pinggir jalan di sekitar Jembatan Sewo. Cerita lain menyebut, Saeni dulunya adalah seorang penari ronggeng pantura, yang kemudian berubah menjadi buaya dan Saedah menjadi pohon bambu.

Bahkan, kisah mistis itu semakin kenal ketika terjadi kecelakaan maut menimpa sebuah bus yang membawa rombongan transmigran asal Boyolali.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Warung Sate yang Mantul di Kabupaten Trenggalek, Sate Roso Lego dan Sate Berkah Memang Enak

Bus tersebut mengalami kecelakaan pada 11 Maret 1974 ketika menuju Sumatera Selatan. Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tergelincir dan masuk ke sungai.

Bus tersebut kemudian terbakar di kali Sewo, Desa Sukra, Kabupaten Indramayu. Musibah yang terjadi pada pukul 04.30 WIB dini hari tersebut menewaskan 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.

Sementara tiga orang anak-anak lainnya selamat. Semua korban yang tewas pun dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian.

Baca Juga: Sambangi Rumah Korban Kecelakaan Kerja, Manajemen CSB Mall Cirebon Serahkan Pesangon kepada Para Ahli Waris

Para korban tewas dimakamkan di sekitar lokasi dan masih sering dikunjungi oleh keluarganya. Setiap keluarga berziarah memiliki kebiasaan melemparkan koin di Pantura yang menjadi lokasi kecelakaan. Tujuan mereka sebagai tolak bala.

Dan sejak kejadian itu, banyak pengendara yang melemparkan uang ketika melewati jembatan tersebut. Tujuannya agar diberikan keselamatan selama perjalanan melintasi jalur pantura.

Tradisi melempar koin uang rupiah recehan ini berlangsung di sepanjang Pantura Indramayu mulai dari Kecamatan Kandanghaur hingga Sukra di perbatasan dengan Subang.

Baca Juga: Jika Barang Tertinggal di KA Selama Mudik Lebaran, KAI Berikan Layanan Lost And Found

Dengan berbekal sapu, ratusan warga berdiri di sepanjang jalur pantura. Mereka meminta para pengemudi mobil untuk melempar koin. Setelah itu, mereka berebut uang yang dilempar para pengendara yang melintas tanpa takut tertabrak.

Pendapatan dari berburu koin dalam satu hari bisa mencapai Rp 50-100 ribu per orang. Namun jumlah tersebut sangat sedikit dibanding dengan lebaran tahun-tahun lalu.

Penyebabnya, semakin banyak orang yang menjadi penyapu koin bahkan dari luar daerah pun turut datang mencari peruntungan. Tak hanya itu, kini Pantura tak seramai dulu karena sudah ada Tol Cipali.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Warung Sate yang Murmer di Kota Serang, Cobain Sate Umi Ina, Sate Ibu Kulel, dan Sate Asmawi

Penyapu jalanan, Raniti menceritakan pengalamannya selama menjadi penyapu koin. Ia mengakui, aksi berburu koin rupiah di jalur pantura sering berbuah pada kecelakaan. Pihak kepolisian kerap menertibkan, namun para penyapu jalan tetap membandel.

"Sering kecelakaan, terutama penyapu yang nekat mengambil koin di tengah jalan. Lumayan, sehari bisa dapat Rp 100 ribu,” ujar ibu yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani itu.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: Kabar Indramayu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah