Rugi Besar, Sejumlah Pabrik Penggilingan Beras di Kabupaten Majalengka Berhenti Beroperasi

17 September 2023, 23:28 WIB
SEJUMLAH pekerja di Pabrik Penggilingan Padi Sumber Tani dI Desa Pangkalanpari, Kabupaten Majalengka tengah mengemas gabah yang baru datang ke pabrik. Pabrik milik Supriyanto berhenti giling sementara menunggu kondisi harga lebih stabil untuk menghindari kerugian yang lebih besar. /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Sejumlah pabrik penggilingan beras (PB) di Kabupaten Majalengka dengan terpaksa berhenti beroprasi guna menghindari kerugiarn yang lebih besar akibat harga gabah yang terus melonjak dan tidak sebanding dengan harga jual beras di pasaran.

Supriyanto, pemilik penggilingan di Desa Pangkalanpari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka ini misalnya. Dia mengaku sudah lebih dari sepekan pabriknya berhenti beroprasi.

Tepatnya setelah tiga kali melakukan pengiriman beras ke Pasar Induk Johar yang mengalami kerugian setiap pengirimannya.

Baca Juga: Ini Awal Mula Situ Wlukut yang Menjelma Menjadi Destinasi Wisata Alam Berada di Kabupaten Kuningan

Dia menyebutkan, pihaknya melakukan pembelian gabah seharga Rp850.000 hingga Rp860.000 sampai tiba di pabrik.

Setelah menjadi beras, dia jual ke Pasar Induk Johar seperti biasa mengirim kepada langgananya. Namun ternyata diterima di pasar hanya mencapai Rp12.500 per kg.

“Saya tiga kali melakukan pengiriman, ruginya lumayan besar. Jadi sekarang milih libur dulu untuk menyesuaikan harga di pasaran sambil menunggu kondisi harga stabil. Atau jika ada pesanan dengan harga yang sebanding dengan harga pembelian baru akan giling lagi,” ungkap Supriyanto.

Baca Juga: Di Sanggar Tari Sawo Kecik Keraton Kasepuhan Tidak Diajarkan Tari Jaipong, Begini Penjelasan Ketua Sanggarnya

Saat ini menurut Supriyanto, penjualan beras di pasaran sedikit lesu dampak dari bantuan Pemerintah yang turun secara serempak sehingga mempengaruhi omset penjualan dan harga penjualan beras di pasaran.

Akibatnya, pelanggannya yang biasa dipasok menetapkan harga rendah dengan alasan stok masih tersedia serta penjaualan lesu.

Senada disampaikan Barsel, pemilik penggilingan di Desa Sumber, yang biasa mengirim ke Bandung dan toko–toko yang menyiapkan sembako serta pasar tradisional.

Baca Juga: WOW Kota Cirebon Makin Dilirik Wisatawan, Sampai Triwulan 3 Saja Target Kunjungan Lampaui Target 2 Juta Lebih

Dia mengaku merugi sekitar Rp 3.000.000 untuk 10 ton pengiriman ke Bandung.

“Rugi tiga perak dari sekilo juga kalau banyak lumayan besar. Sekarang penjualan beras memang lagi lemah, itu dialami hampir sebagian besar pemilik penggilingan,” ungkap Barsel.

Dia menyebutkan, pabriknya tetap jalan hanya kini lebih hati–hati dan jumlah gilingan tidak terlalu banyak seperti biasanya guna menghindari kerugian.

Baca Juga: Gondol 53 Medali Emas, SMA Negeri 1 Cirebon Raih Juara Umum Popkota Tingkat SMA/SMK ke -7 Kali

Saat ini hanya giling ketika pesanan ada dan jumahnya disesuaikan.“Kalau ada pesanan giling sesuai permintaan. Stok beras sebagai antisipasi kalau ada pesanan mendadak, “ katanya.

H Alan, pemilik penggilingan di Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati kini hanya giling untuk mempertahankan pelanggannya di Bandung walaupun harga pembelian gabah dengan harga jual tidak sebanding.

“Harga jual sekarang Rp 12.600 per kg ini sebenarnya tidak tertutupi. Kalau harga jual Rp 13.000 masih seimbang, karena harga pembelian gabah lebih dari Rp 825.000,” ungkap H Alan.

Baca Juga: Persib Legend for GP Ganti Nama Jadi BOLDS Setelah Dipermasalahkan PT PBB

Gabah yang digilingnya diperoleh dari bandar asal Ujungjaya, Sumedang, serta beberapa daerah lainnya di Kecamatan Kertajati.

Ahdi, pemilik penggilingan lainnya kini hanya menerima pesanan gilingan padi dari petani dan pabriknya hanya beroperasi seminggu tiga kali.

"Ini dilakukan untuk mengurangi beban operasional yang lumayan besar. Karena biaya listrik untuk mesin lumayan tinggi ditambah upah kerja sebanyak dua orang,” lirihnya.

Baca Juga: 3 Mahasiswi IAIN Cirebon Sabet Juara di Kejuaraan MTQ

Malah menurut Ahdi, satu orang pekerja kini keliling menawarkan jasa upah giling yang diambil ke rumah–rumah setelah selesai di giling dikirim kembali kepada pemiliknya.

“Pagi–pagi seorang pekerja sudah keliling menawarkan jasa giling, pagi diambil, siang atau sorenya beras dikirimkan ke pemilik. Dari sana ada jasa giling ditambah ongkos angkut Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per karung tergantung jarak. Yang penting pabrik jalan, ada untuk makan dan upah kerja,” ungkap Ahdi.

Supriyanto dan Barsel mengaku bingung dengan stok gabah yang ada di pabrik. Dipaksakan di giling rugi, di simpan juga khawatir kerugian lebih besar jika tiba–tiba harga gabah dan beras anjlok akibat adanya operasi pasar.(Tati/KC).***

Dapatkan informasi terbaru dan populer Kabar Cirebon di Google News.

 

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler