Gawat, Beras Kemasan 5 Kilogram Menghilang di Pasaran, Kini Warga Terpaksa Beli Beras Impor

11 Februari 2024, 22:25 WIB
Beras impor yang berasal dari negara Thailand banjiri pasar di Kota Serang. /Kabar Banten/Rizki Putri

KABARCIREBON - Beras kemasan 5 kilogram menghilang di pasaran, bahkan hampir di semua minimarket juga swalayan. Sementara pedagang beras di pasar tradisional telah menyediakan beras impor dari Filipina sejak lama untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, Minggu, 11 Februari 2024, pelayan di hampir semua minimarket di Kota Majalengka menyebutkan sudah hampir dua pekan tidak ada kiriman beras. Padahal biasanya kiriman beras dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu.

“Sudah lebih seminggu tidak ada kiriman beras, sekarang semua minimarket habis, kalau masih ada mungkin sisa. Setahu saya sekarang semua habis,” ungkap seorang pelayan di sebuah minimarket Kelurahan Majalengka Wetan.

Baca Juga: Repdem Minta Bupati Pilih Pejabat Berkualitas untuk Mengisi Posisi Kadishub

Hal yang sama diungkapkan pelayan minimarket lainnya yang kondisinya lebih luas dan selalu lengkap dengan barang. Tapi saat ini sudah dua pekan tidak tersedia beras kemasan dengan merek apapun.

Di swalayan besar juga sudah dua hari tidak tersedia stok beras. Seorang pelayannya mengatakan stok di gudangnya kosong, jadi sementara tidak menyediakan beras hinga datang pasokan baru. “Dua hari belakangan kosong,” katanya.

Euis salah seorang pedagang beras di pasar tradisional di Majalengka mengatakan, sudah cukup lama dirinya menyediakan beras impor dari Filipina, itu untuk menyiapkan stok apabila beras lokal habis.

Baca Juga: Puluhan Karyawan Alfamart Ikuti Donor Darah

Beras asal Filipina ini menurut Euis dan salah salah seorang konsumen Rita, kondisinya bagus. Patahannya minim bahkan relatif tidak ada patahan, kondisinya juga pulen seperti halnya beras lokal.

Harga beras asal Filipina ini sama seperti beras medium lokal Rp 16.000 per kg. Sejak awal harga beras impor ini menyamai harga beras lokal kualitas medium karena beras tergolong medium.

“Raos pulen oge komo nyanguna di seupan mah, beasna paranjang (bagus berasnya, pulen. Berasnya juga panjang-panjang,” kata Rita yang mengaku sudah mencari beras kemasan ke sejumlah minimarket karena terbiasa membeli beras kemasan, hanya belakangan beras kemasan tidak tersedia, akhirnya membeli beras ke pasar tradisional.

Baca Juga: Bawaslu Kota Cirebon: Jangan Cemari Masa Tenang Pemilu dengan Money Politic, Hoax dan Ujaran Kebencian

Euis mengatakan, pasokan beras ke kios miliknya menurun drastis. Para pemasok yang biasanya seminggu menyuplai beras masing – masing 1 ton belakangan hanya sebanyak 3 kwintalan saja. Kondisi tersebut terjadi karena gabah sulit diperoleh.

“Yang masok itu kan ada beberapa orang, biasanya mereka masing – masing mengirim 1 tonan sekarang mah hanya 3 kwintal. Makanya, disiapkan beras impor, tapi beras impor juga laku harganya sama Rp 16.000 per kg, barangnya juga bagus, kondisi beras putih, panjang – panjang dan pulen juga,” ungkap Euis.

Pemilik pemnggilingan beras di Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati Alan Suhlana mengatakan, pabriknya sudah seminggu berhenti beroperasi karena tidak memiliki gabah. Pengiriman dari tengkulak berhenti mencari sendiri juga susah.

Baca Juga: Rayakan Imlek 2575 Kongzili, KAI Gelar Atraksi Barongsai di Stasiun Cirebon

“Terakhir mengirim ke pelanggan itu seminggu yang lalu, itupun masih kurang dua ton yang dipenuhi dari Bulog,” ungkapnya.

Dia berharap pihak pemerintah bisa melakukan intervensi terhadap pengusaha penggilingan sepertinya agar tidak berhenti total seperti nyang terjadi sekarang ini. Bentuk intervensi bisa dilakukan sejak petani panen gabah.

“Kondisi sulitnya gabah seperti ini akan berlangsung lama karena musim panen masih lama. Gabah werit (susah), panen paling cepat April bahkan ada yang Mei,” ungkap Alan.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler