Isu Jual-Beli Suara Marak demi Ambisi, Mantan Ketua ICMI Kuningan Minta Jangan Khianati Rakyat

22 Februari 2024, 15:23 WIB
Mantan Ketua ICMI Kuningan, H. Iskandar Hasan. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Isu jual-beli suara cukup marak pada pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) termasuk pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan dewan perwakilan daerah (DPD) sehingga membuat keprihatinan berbagai pihak. pesta demokrasi tersebut diselenggarakan tanggal 14 Februari 2024.

Mantan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Kuningan, H. Iskandar Hasan meminta agar para penyelenggara untuk mengikuti sesuai peraturan yang berlaku. Jangan sampai disiasati atau dicari-cari celah kelemahan karena suara rakyat harus dijaga dan jangan dikhianati.

Pemilu merupakan cara paling beradab untuk mewujudkan kedaulatan rakyat sehingga berbagai pihak yang terlibat di dalamnya baik pemerintah, penyelenggara, para kandidat maupun rakyat harus menjalankan fungsinya masing-masing sebagaimanamestinya.

Baca Juga: Tiba-Tiba Form C1 TPS 4 Ciporang Hilang, Pleno Rekapitulasi Suara di Kecamatan Kuningan Dihentikan

Demokrasi di negara ini termasuk Kabupaten Kuningan mesti ditopang oleh masyarakat berintegritas karena demokrasi itu sendiri tidak akan bermakna jika mentalitas culas, curang dan menghalalkan segala cara terus dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Bedahal dengan pelaksanaan demokrasi di negara-negara maju karena berfungsi secara baik akibat masyarakatnya memiliki tingkat independensi yang tinggi, didukung tingkat pendidikan dan pendapatan yang juga tinggi.

"Di negara ini, mayoritas rakyatnya masih miskin dan berpendidikan rendah sehingga demokrasi yang terjadi hanyalah demokrasi prosedural yang disinyalir sangat kental nuansa transaksionalnya," ucap mantan Rektor Universitas Kuningan (Uniku) dua periode, Kamis 22 Februari 2024.

Baca Juga: Gara-Gara Pemakaman, 7 Developer Perumahan Dipanggil Kadisperkimtan Kuningan tapi 2 Orang Mangkir

Proses demokrasi seperti itu pada akhirnya menghasilkan para pemimpin yang terpilih bukan karena kapabilitasnya melainkan ditenggarai karena kemampuan untuk membeli suara rakyat saja. Maka dari itu tidak heran bila terjadi proses politik berbiaya tinggi yang menjadi pemicu suburnya perilaku koruptif.

Menyikapi banyaknya akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang mengkritisi pelaksanaan demokrasi, ia menyebutkan bahwa hal itu tidak perlu dicurigai sebagai gerakan politik. Itu murni gerakan moral yang bertujuan demi kebaikan bangsa.

Pasalnya, kalau lembaga-lembaga negara yang memiliki tugas mengontrol kekuasaan tidak berfungsi sebagaimanamestinya sedangkan warga sipil dalam kondisi lemah selemah-lemahnya, maka insan perguruan tinggi harus tampil mengambil peran.

Baca Juga: Ada Apa, Bawaslu Kuningan Minta Rapat Pleno Rekapitulasi Suara di Kecamatan Cibeureum Diulang?

"Memang, ketika perjalanan bangsa cenderung bergerak ke arah yang salah, maka para cendekiawan memiliki tradisi untuk mengingatkan," ujarnya. (Iyan Irwandi/KC) ***

Dapatkan informasi terbaru dan terpopuler dari Kabar Cirebon di Google News 

Editor: Iyan Irwandi

Tags

Terkini

Terpopuler