“Kami ingin semua nyaman menghargai warga yang dilintasi, barangkali saja ada yang tidak berkenan jadi minta persetujuannya. Suara obrog-obrog berisik sehingga mungkin bisa menganggu kenyamanan tidur,” kata Munawir, yang mengaku ingin lebih demokratis dalam bersikap.
Dalam pelaksanaannya, meski hanya empat orang suara obrog-obrog tetap nyaring dan meriah. Jaja berupaya mendorong pengeras suara di gerobak, Munawir membangunkan sahur untuk warga dan Didi menabuh ember serta Ucu menabuh tutup panci ala drum, yang bunyi tetap seperti suara musik. Terlebih ketika dibarengi alunan suara musik dari yotube.
Jaja mengatakan, apa yang dilakukan bersama beberapa temannya, untuk sekadar mengisi waktu yang selama Ramadan tidak memiliki kegiatan. Karena berjualan makanan yang biasa dilakukannya berhenti sementara.
“Kegiatan seperti ini dilakukan setiap tahun mulai hari ke tiga bulan puasa. Ini untuk menghibur warga dan sekalian juga hiburan bagi kami, dari pada terus diam di rumah,” katanya.
Sementara itu, sejumlah ibu-ibu rumah tangga yang harus menyiapkan makan sahur buat keluarga merasa terbangunkan dan merasa ada teman ketika bangun. Sehingga suasana sahur terasa ramai.