Septi Gumiandari Resmi Jadi Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon

- 8 Juni 2022, 10:32 WIB
Septi Gumiandari Resmi Jadi Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon.*
Septi Gumiandari Resmi Jadi Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon.*

Kabar Cirebon-Online Civitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon patut berbangga. Soalnya, saat ini, IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki guru besar baru. Hj. Septi Gumiandari, resmi menjadi guru besar dan menyandang gelar profesor.

Ketua Korp PMII putri Cirebon tahun 1995-1996 meraih gelar profesor dengan angka kredit 967,5 kum di bidang Ilmu Pemikiran Islam. Cerita panjang dilewati dan dilalui Septi hingga mendapat gelar profesor.

Septi berbagi pengalamanya hingga kini menjadi profesor. Selepas dari jabatan Lembaga Penjamin Mutu (LPM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2019, Septi mulai belajar mendalami lebih intens dunia publikasi.

Dikatakan Septi, sebenarnya ia sudah lama melakukan hal terkait penulisan, bahkan ia melakukanya sejak sata masih kuliah sampai diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Namun menurutnya, mempublikasikan karya hasil penelitian adalah hal yang berbeda. 

"Dalam publikasi karya, terdapat dua hal penting yang harus dimiliki seorang penulis, yakni kemampuan kendali diri dan perubahan mindset," kata Septi, Selasa (7/6/2022).

Septi menambahkan, menulis bukan hanya masalah kemampuan merangkai tulisan dan gagasan secara kognitif, tapi juga terkait dengan masalah Psikologis. Menurutnya, diperlukan mental yang kuat untuk bisa menerima bila artikel di-reject berkali-kali, dikritisi dan direview sesuai dengan keinginan reviewers dan editors. 

“Dalam dunia publikasi, tidak selamanya artikel yang ditolak itu karena kualitasnya yang kurang baik, tapi bisa jadi karena masalah scope (ruang lingkup jurnal yang tidak sesuai dengan naskah yang dikirimkan), gaya selingkung jurnal yang berbeda dengan kebiasaan kita menulis, masalah antrian yang panjang dalam jurnal, dan lain-lain," katanya.

Karena itu, Septi mengatakan, perubahan mindset dan menekan ego diri diperlukan dalam hal ini. Itulah mengapa menurutnya, Prof. Irwansyah menyatakan "Dari authorship ke editorship,". Septi mengatakan, dalam mempublikasikan karya, tidak bisa memaksakan keinginan sebagai author terhadap jurnal yang dituju, namun perlu tau keinginan editor, gaya selingkungnya, termasuk bagaimana menyenangkan pihak editor dengan men-submit artikel sesuai dengan pola penulisan dalam jurnal, segera memperbaiki catatan yang diberikan, dan mensitasi artikel-artikel yang ada di dalam jurnal yang dituju. 

"Intinya, kita tidak dapat mengendalikan orang lain, termasuk editor dan reviewer jurnal, tapi kita bisa mengendalikan diri sendiri untuk menyesuaikan dengan keinginan mereka," ungkapnya.(Iskandar/KC)

Editor: Ajay Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x