Viral, Naryana Petani Kangkung Bikin Gua Untuk Tempat Istirahat

- 6 November 2022, 19:41 WIB
Naryana (51 tahun) warga Blok Trisari, Desa Majasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka memperihatkan lorong pintu masuk ke gua yang dibuatnya dan menjadi tempat peristirahata bersama istrinya di sela-sela berkebun kangkung dan genjer di  Blok Tiang Nganjung, di Desa Majasari.*
Naryana (51 tahun) warga Blok Trisari, Desa Majasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka memperihatkan lorong pintu masuk ke gua yang dibuatnya dan menjadi tempat peristirahata bersama istrinya di sela-sela berkebun kangkung dan genjer di  Blok Tiang Nganjung, di Desa Majasari.*

KABARCIREBON - Sebuah gua di Blok Tiang Nganjung, di Desa Majasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka yang dibuat Naryana (51) warga Blok Trisari, Desa Majasari sebagai tempat peristirahatan bersama istrinya Tuti menjadi viral.

Beberapa hari terakhir, gua tersebut banyak dikunjungi warga yang penasaran dengan keberadaan gua tersebut.

Gua tersebut panjangnya sekitar 10 meter, dengan bentuk U. Kedua pintu masuk hanya berukuran sekitar satu meter dengan lebar satu meter. Namun ketika masuk ke dalam, ketinggiannya mencapai dua meteran sehingga yang masuk bisa bardiri bebas.

Hanya saja lebar di bagian dalam hanya sekitar 1 meter lebih saja, orang yang masuk bisa berpapasan. Malah katanya bisa salat.

Dari pintu masuk yang satu ke pintu masuk lainnya berjarak empat meteran. Pintu masuk pertama berada dekat gubuk yang juga milik Naryana, gubuk dibangun setelah membangun gua.

Di atas pintu masuk gua terdapat patung manusia berukuran sekitar satu meter, dan di bagian pijakan patung atau bibir atas pintu masuk terdapat tulisan “Bismillahirohmanirohim” dengan huruf arab.

Berjarak tiga meter ke bagian atas dari patung tersebut terdapat patung singa. Ada tiga patung singa yang dibuat, di antaranya dibuat dekat gubuk serta di gang pintu masuk ke area gua dan lahan pertanian.

Gua tersebut dibuat di mulut tebing dengan ketinggian sekitar lima meter. Di atas tebing tersebut terdapat puluhan makam yang katanya makam tersebut adalah pemakaman umum. Suasana di sekitar lokasi tersebut nampak sejuk penuh dengan pepohonan besar.

Sedangkan di depan tebing terdapat perkebunan kangkung dan genjer kurang lebih berukuran 20 m X 100 meteran yang menjadi lahan pencaharian pasangan suami istri Naryana dan Tuti (43 tahun).

Naryana menyebutkan, gua tersebut mulai dibangun sekitar 7 tahun lalu. Semula dia membangun gua sekadar iseng namun kemudian dia berpikir gua bisa dijadikan sebagai tempat beristirahat kala hujan deras disertai petir.

Sehingga mulailah dia membobok tebing dengan cangkul dan linggis yang biasa digunakan untuk bertani.

Gua buatan Naryana, petani Kangung di Kecamatan Ligung, Majalengka.*

Tekstur tanah tebing tersebut tidak begitu keras karena sebagian berasal dari batu cadas yang empuk. Entah berapa lama dia membuat gua tersebut.

Dia juga tidak mengingatnya karena gua dibuat dibuat kala senggang dari bertani kangkung serta genjer.

“Dibuatnya sih sekitar 6 tahun lalu kayaknya sekitar tahun 2017. Tidak berniat untuk menjadi tontonan orang juga. Karena ini lebih untuk peristirahatan kalau hujan deras dan menghindari petir, kalau di gubuk petir masih bisa menyambar walaupun gubuk tersebut berdinding,” ungkap Naryana sambil menunjuk gubuk berdinding kalsibor dan bambu berukuran kurang lebih 3 m X 4 m.

Di dalamnya terdapat ranjang kayu, di bagian atap tambang plastik tempat menyimpan sajadah dan kain sarung serta mukena. Dekat ranjang atau warga setempat menyebut amben juga ada tali untuk mengikat kangkung dan genjer.

Diapun tidak menyebutkan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membangun gua dan relif di pintu masuk serta patung yang dibuatnya. Dengan alasan patung dan pintu masuk gua juga dibuat bertahap kala memiliki uang lebih.

“Ini untuk istrirahat, kalau di dalam gua ketika hujan deras dan petir datang terasa lebih aman, tidak pernah terdengar orang tersampar petir di gua, karena lebih terlindungi, kalau di gubuk khawatir petir menyambar maklum daerah pedataran petirnya ganas,” kata Naryana yang rumahnya berjarak sekitar 1,5 km dari lokasi tersebut.

Di dalam gua tersebut tidak ada air menetes dari bagian atas walaupun di bawah tebing. Tanah yang nampak basah justru dari bagian bawah karena air hujan yang merembes ke dalam. Sedangkan di lantai bagian paling dalam udaranya lebih sejuk.

Naryana dan Tuti menyebut kawasan yang dibuat gua tersebut adalah tanah milik Pemerintah Desa Majasariyang diperuntukan sebagai tempat pemakaman umum (TPU).

Sedangkan lahan pertanian yang digarapnya dan ditanami genjer serta kangkung adalah tanah warisan dari orang tuanya.

“Sekarang gua ini didatangi banyak orang yang menduga saya tinggal di gua. Padahal ini hanya untuk beristirahat dan mengamankan diri dari kilatan petir. Kami punya rumah sendiri jaraknya dekat. Gubuk juga ada,” ungkap Naryana yang katanya menyukai seni kaligrafi.

Tuti mengatakan, dirinya mendukung suaminya membuat gua sebagai tempat berlindung dan beristirahat. “Sekarang jadi banyak yang datang juga,” katanya.

Kaur Pemerintahan Desa setempat Cecep Mulyana mengatakan, lahan yang dibangun gua di Blok Tiang Nanjung adalah tanah milik desa yang digunakan untuk TPU dan makam tersebut selama ini dikeramatkan warga.

Dia menegaskan bahwa gua tersebut hanya menjadi tempat beristirahat pasangan suami istri bukan tempat tinggal mereka, karena mereka punya tepat tinggal rumah permanen di Blok Trisari. Naryana membuat gua karena di lahan yang bersebelahan dengan TPU atau di depan tebing adalah lahan milik Naryana yang kini ditanami kangkung bersama istrinya.

“Saya bangga dengan kreatifitas dia. Namun saja harus dipertegas jangan sampai ada yang menyebut bahwa pasangan suami istri tinggal di gua karena tidak punya rumah. Karena dia punya rumah , namun saja setiap hari mulai pagi hingga sore berada di sana karena pencahariannya di sana,” ungkap Cecep.(Tati/KC)

Editor: Alif Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah