Karena sulitnya memperoleh gabah, Sudirno mengaku hanya bisa melakukan giling seminggu tiga hingga empat hari saja dengan kapasitas giling 4 ton per hari.
Hal yang sama dialami pemilik penggilingan lainnya Ian, yang juga kesulitan memperoleh gabah. Dia pun berupaya mencari gabah ke wilayah Kuningan hanya diperoleh dari tengkulak. Tak heran jika harganya lebih mahal.
“Yang penting mah dapat gabah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kalau pelanggan distop akan sulit lagi,” ungkap Ian.
Baca Juga: Wow, Cap Go Meh di Kota Cirebon Meriah, Ribuan Warga Padati Jalan
Sudirno dan Ian mengaku, saat ini pengusaha penggilingan menangah ke bawah seolah terjepit, kalau istilah bahasa Sunda menurut Sudirno “maju jungkrang mundur wirang”. Usaha yang dilakukannya jika terus dijalani akan bertemu kesulitan yang lebih besar, namun jika berhenti usaha tidak ada pekerjaan lain.
“Pemilik penggilingan lain sudah banyak yang berhenti karena sulit gabah,” ungkap Sudirno yang menjual beras ke tingkat pengecer seharga 12.000 per kg.(