Salah satu narasumber, Dani Nuryadin, berharap acara ngawangkong ini tidak hanya sebatas selesai setelah acara beres tapi ada hasil yang bisa dijadikan referensi oleh masyarakat.
Seperti Kamus Basa “Indung” wewengkon Kuningan yang bisa di peroleh oleh seluruh masyarakat Kuningan khususnya. Acara seperti ini dengan konsep lesehan “ngariung” lebih komunikatif ketimbang acara formal.
Baca Juga: Klinik Sajati Diresmikan oleh Bupati Kuningan, Janjikan Pelayanan Klinis Bermutu Tinggi
Selain Wakil Bupati Kuningan, hadir juga Ketua DPRD Kab. Kuningan, Kepala Perangkat Daerah yang terkait, Dewan Kebudayaan, Dewan Penasehat DPD Korps Alumni KNPI Kuningan.
Paguyuban Pasundan, Prof. H. Didin Nurul Rosyidin, M.A. Sejarawan, Tendy Chaskey, Universitas, Perguruan Tinggi, PGRI, ada Banom NU, Tim Cagar Budaya, organisasi kemahasiswaan, dan lainnya.
Acara ngawangkong ini terasa natural, apalagi didukung suasana semi alam terbuka dengan penataan anyaman bambu, pendopo kayu, ada juga suguhan seuseupanan (makanan umbi yang dikukus) ditambah iringan musik tradisional dengan konsep lesehan.
Sehingga tak terasa ngwangkong yang serat dengan makna, akhirnya dipungkas tepatnya Pukul 24.00 WIB. (Emsul/KC) ***
Dapatkan informasi terbaru dan terpopuler dari Kabar Cirebon di Google News