Kasus Karhutla Terus Meningkat, DPRD Majalengka Ajak Masyarakat Pro Aktif Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan

- 11 Oktober 2023, 16:20 WIB
Ketua DPRD Majalengka H Edy Anas
Ketua DPRD Majalengka H Edy Anas /Istimewa/

KABARCIREBON-Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Majalengka mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terjadinya kebakaran di musim kemarau seperti sekarang ini. Kewaspadaan dapat menghindari terjadinya hal hal yang tak diharapkan di antaranya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Musim kemarau dapat menyebabkan kekeringan dan ancaman terjadinya kebakaran. Kami mendorong masyarakat untuk proaktif dalam upaya pencegahan ini. Di antaranya tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran, seperti membakar sampah sembarangan, membuang puntung rokok di area terbuka dan aktivitas pemicu lainnya," kata Ketua DPRD Majalengka H Edy Anas Djunaedi.

Masih dikatakan dia, masyarakat juga diingatkan untuk selalu memeriksa saluran listrik guna menghindari korsleting listrik. Sekaligus menjaga agar kompor di rumah tetap dalam keadaan baik, hal ini guna menghindari terjadinya kebakaran.

Baca Juga: Bupati Dicecar Pertanyaan Penanganan Bulliying oleh Para Siswa SMPN 1 Kuningan

Langkah-langkah lainnya, guna menekan potensi kebakaran hutan dan lahan di Majalengka yakni menganalisa titik rawan kebakaran. Untuk menentukan semua itu biasanya menggunakan metode Indeks Keetch Bryam. Metode ini dilakukan dengan penilaian bahaya kebakaran hutan dengan indeks atau tingkat kekeringan pada daerah tertentu.

"Dengan analisa yang akurat maka peluang terbakarnya lahan dapat dicegah dan ditangani lebih lanjut,"jelasnya.

Melakukan patroli secara rutin sangat penting untuk menjaga keamanan hutan dan lahan, terutama dari kemungkinan kebakaran hutan serta penebangan liar. Kebakaran hutan yang marak terjadi menuntut patroli dan pengawasan hutan harus dilakukan lebih rutin dan lebih ketat lagi.

Baca Juga: Pimda Nyawah Jadi Senjata Ampuh Untuk Mengetahui Kondisi Pendidikan di Kuningan

"Terutama jika musim kemarau panjang tiba, patroli dan pengawasan hutan harus lebih sering dilakukan,"sarannya.

Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui instansi terkait, kata dia, untuk rajin melakukan penyuluhan secara rutin untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran hutan, cara pencegahan dan cara penanganannya. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan.

"Memberikan edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk melibatkan partisipasi aktif masyarkaat dalam mencegah kebakaran tersebut,"paparya.

Sementara itu, imbas kemarau panjang yang melanda sejumlah daerah di tanah air, ternyata dirasakan betul warga Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Selain berdampak langsung pada kehidupan warga, kemarau pun mengakibatkan kekeringan, krisis air bersih, juga meningkatnya potensi kebakaran yang hampir terjadi setiap pekannya.

Baca Juga: Polres Indramayu Ungkap 10 Kasus Penyalahgunaan Obat-obatan Terlarang, Termasuk 2 IRT Ini Diamankan Polisi

Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka Iskandar Hadi Priyatno mengatakan, dari data yang diperolehnya pada awal Oktober 2023 tercatat, warga terdampak kekeringan menembus hingga 23.849 jiwa atau 6.753 KK.
Jumlah itu meningkat drastis dari bulan September 2023 yang hanya mencapai 14.279 jiwa atau 4.714 KK.

Melonjaknya jumlah warga terdampak ini, menurutnya, tidak terlepas dari mundurnya prediksi awal musim hujan di wilayah Majalengka hingga November 2023.

"Fenomena El Nino juga turut memengaruhi bertambahnya jumlah warga terdampak kekeringan saat ini," ucap dia.

Baca Juga: Ribuan Mahasiswa Baru Ikuti OKKAGATI UGJ, Kampus Terbesar di Ciayumajakuning

Mengenai sebaran warga terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini terpetakan di 10 kecamatan se-Kabupaten Majalengka. Di antaranya Kecamatan Majalengka, Lemahsugih, Cigasong, Panyingkiran, Kasokandel, Palasah, Leuwimunding, Kadipaten, Kertajati, dan Jatitujuh.

Namun ia mengakui hanya terdapat 17 desa di 10 kecamatan yang terdampak kekeringan cukup parah. Desa-desa itu pun mengalami krisis air bersih sejak beberapa waktu lalu, karena sumber air milik warga seperti sumur mulai mengering akibat kemarau panjang.

"Warga hanya mengandalkan bantuan air bersih yang disalurkan rutin setiap hari dari BPBD, PMI, PDAM, TNI, Polri, dan pihak lainnya untuk kebutuhan sehari-harinya,"tukasnya.***

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah