Si Monyong Makin Mengganas di Majalengka, untuk Hindari Kerugian Besar Petani Cabai Terpkasa Panen Lebih Dini

- 31 Oktober 2023, 18:09 WIB
Petani cabai di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah memanaen cabai sisa tikus. Para petani mengeluh tanaman cabainya diserang tikus sehingga terpaksa cabai yang masih muda dipanen untuk menghindari kerugian yang leboh besar.
Petani cabai di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah memanaen cabai sisa tikus. Para petani mengeluh tanaman cabainya diserang tikus sehingga terpaksa cabai yang masih muda dipanen untuk menghindari kerugian yang leboh besar. /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Sejumlah petani cabai di Desa Sumber Kulon, Kecamaan Jatutuju, Kabupaten Majalengka mengeluhkan hama tikus menyerang tanaman cabenya, untuk menghindari kerugian lebih besar para petani dengan terpaksa melakukan panen lebih dini pada saat kondisi cabai masih hijau dan muda.

Berdasarkan keterangan petani, si monyong atau tikus memakan cabai yang masih usia muda dan pucuk cabai hingga sebagaian rusak. Cabai yang belum begitu tua dimakan bagian tengah hingga ujungnya, dengan begitu cabai tidak bisa dipanen karena berlubang bekas gigitan si monyong hingga sebagian mengering.

Seorang petani cabai, Nesti mengungkapkan, tanaman cabainnya yang saat ini berusia 2 bulanan rusak parah. Dari luas tanam sekira 1 hektare lahan kini hanya mampu memanen cabai hijau sekitar 1 kw, padahal biasanya dari luas 1 hektare lahan biasa memanen hingga 4 kw per sekali panen per minggu.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Pedagang Bakso yang Terkenal di Padamara Purbalingga, Coba Cicipi Bakso Ngapak dan Bakso Legit

"Sekarang tidak bisa dipanen sampai dengan kondisi cabai kemerahan, karena kalau menunggu berwarna merah, cabai lebih dulu dipanen tikus, akhirnya kita hanya kebagian cabai yang rusaknya saja, sisa tikus," ungkap Nesti.

Karena cabai dipanen hijau makan harnanyapun rendah hanya bis dijual seharga Rp10.000 per kg, sementara cabai merah bisa laku dijual hingga lebih dari Rp30.000 per kg.

Kerugian tidak hanya akibat serangan si monyong namun juga akibat tanaman mati akibat kekeringan. Cuaca panas banyak pohon yang layu hingga mati, air yang dipompa dari Sindupraja melalui pipa untuk menyiram kalah oleh cuaca panas.

Baca Juga: Kapolres Cirebon Kota Letakkan Batu Pertama Pembuatan Sumur Bor di Argasunya

Hal yang sama dialami petani lainnya Kamdi yang menanam seluas kurang lebih 500 bata di bekas tanaman padi. Saat ini dia nyaris tidak bisa memanen cabainya karena serangan tikus serta sebagian tanaman mati kekeringan.

“Petani terus dilanda kerugian, waktu tanam padi serangan tikusnya luar biasa hingga tanaman puso, sekarang ditanami cabai juga sama,” ungkapnya.

Tanaman cabainya baru dua kali dipanen namun hasilnya sangat sedikit kurang dari satu kwintal, Biasanya pada panen kedua dan ketiga hasil panen cukup maksimal.

Baca Juga: Komisioner KPU Kota Cirebon Resmi Dilantik, Mardeko Jabat Ketua

“Sekarang petani di Sumber mah terus – terusan merugi, padi rugi cabe sama saja rugi, hamanya tikus dan kekeringan,” ungjap Kamdi

Menurut mereka biasanya para petani cabai di wilayanya ketika musim kemarau bisa meraup keuntungan dari tanaman cabai, semangka atau mentimun, namun tahun ini jangankan untung bisa menutupi bodal saja tidak mungkin bisa.

“Harunya menikmati hasil panen karena harga mahal sekarang malahs ebaliknya,” ungkap Kamdi.

Baca Juga: Tekan Angka Pengangguran, Bambang Hermanto Dampingi Warga untuk Jadi Wirausaha Baru

Para petani sebelumnya pernah membasmi tikus dengan beragam cara namun populasi tikus tidak terkendali. Sebagian tikus dituding berasal dari wilayah luar yang menyerang ke Jatitujuh perbatasan Indramayu.

“Sebelumnya juga waktu menyerang tanaman padi, tikus berasal dari Indramayu, jumlahnya tidak terkendali karena tanam tidak serempak. “ katanya.(Tati/KC).***

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah