Kebingungan Minimnya Kuota Pupuk, Sejumlah Petani di Majalengka Terpaksa Gunakan Pupuk Non Subsidi

- 15 Januari 2024, 20:27 WIB
Petani di Desa Panyingkiran tengah memperlihatkan pupuk urea dan phonska di area sawahnya di Blok Sentral, Desa Cipadung, Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Quota pupuk yang diterima petani kini turun hampir 50 persenan.
Petani di Desa Panyingkiran tengah memperlihatkan pupuk urea dan phonska di area sawahnya di Blok Sentral, Desa Cipadung, Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Quota pupuk yang diterima petani kini turun hampir 50 persenan. /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Kalangan petani di Kabupaten Majalengka merasa kebingungan dengan menurunnya kuota pupuk dari tahun ke tahunnya apalagi pada tahun 2024, untuk memenuhi kekurangan pupuk untuk pemupukan pertama petani terpaksa menggunakan pupuk non subsidi dengn harga Rp8.000 per kg serta pupuk mutiara yang harganya bisa mencapai Rp17.000 per kg.

Dalam mengawasi pendistribusian pupuk, Pemerindath Daerah (Pemda) Majalengka telah membentuk tin terdiri dari Dinas Pertantian, Kejaksaan, Kepolisian serta TNI.

Sejumlah petani mengatakan, penurunan kuota pupuk hampir mencapai setengahnya, dimana jika pada 2023 dari luas lahan 125 bata, kuota mencapai 37 kg untuk urea dan 12 kg untuk phonska, saat ini hanya 24 kg urea dan 12 kg phonska.

Baca Juga: Said Abdullah: Pemilu Jadi Alternatif Terbaik Regenerasi dan Suksesi Kepemimpinan

Salah seorang petani, Udin, dari Kelurahan Cicurug mengaku mengalami keterlambatan pemupukan kedua karena pupuk di kios tempatnya ia beli kosong, pupuk baru akan datang pada Selasa, 16 Januari 2024 ini. Sedangan, usia padinya kini sudah mencapai 23 hari.

“Keur mah gemukna ngan meunang saeutik telat deui, (Sudah pupuknya hanya memperoleh sedikit diperparah terlambat mupuk)," ungkap Udin yang terpaksa membei pupuk mutiara dengan harga sangat mahal karena khwatir perkembangan rumput padinya kurang bagus.

Hal senada disampaikan pasangan suami istri Aniah dan Wardi petani di Desa Pasirmuncang, Kecamatan Panyingkiran, Mereka bahkan mengeluhkan kartu taninya sudah kedaluarsa sehingga penyalur menyarankan segera memperbaharuinya.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Kedai Pecel yang Enak di Kota Surabaya, Ada Pilihan Pecel Bu Pri, Pecel Bu Kus dan Pecel Bu Siti

Aniah dan Wardi mengaku tidak mengetahui kalau pembelian pupuk cukup menggunakan KTP.

“Kamari teh piwarang ngadamel kartu tani, tos dipasihkeun SPPT na mah ka PPL da ngadamelna cenah kedah ka Jakarta. Mun telat ngadamel engke moal kenging gemuk,” ungkap Wardi yang mengolah lahan seluas 2.400 m persegi.

Pupuk yang diperolehnya dari penyalur tidak memenuhi kebutuhan, kekurangannya mereka penuhi dengan pupuk non subsidi seharga Rp8.000 per kg serta pupuk mutiara seharga Rp17.000 per kg, untuk mengembangkan rumpun.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Kedai Pecel yang Terkenal Enak di Kota Pasuruan, Pecel Dampit dan Pecel Pak Akbar Memang Mantul

“Entos mun teu digemuk meureun moal panen,” katanya

Neneng penyalur pupuk di Kelurahan Cicenang, Kecamatan Cigasong menyebutkan, ada sejumlah petani yang membeli semua kuota pupuknya dengan alasan kurang. Dengan begitu petani tidak akan bisa memperoleh pupuk di MT (musim tanam gadu).

“Mereka kan kuotanya hanya 25 kg urea dan 12 kg phonska untuk luas lahan 125 bata, sekarang diambil semua, jadi tidak akan punya pupuk,” ungkap Neneng yang baru mendapat kiriman sebanyak 8 ton urea dan 2 ton phonska.

Baca Juga: Kolaborasi dengan Kodim 0616 Indramayu, PWI Indramayu Tanam Bibit Pohon dan Bersih-bersih Sungai

Bagi petani tidak akan ada persoalan membeli pupuk mahal manakala harga gabah terus mahal seperti sekarang mencapai Rp850.000 per kg.

Karena biaya pupuk bisa tertutupi dari hasil panen. Namun biasanya begitu masuk musim panen harga gabah langsung merosot hingga Rp400.000 per kw bahkan kurang dari Rp400.000 per kw.

Kuota Turun 50 persenan

Baca Juga: Polres Cirebon Kota Gelar Bakti Kesehatan Kepada Petugas KPU

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah mengatakan, di tahun 2024 terjadi penurunan kuota pupuk hingga hampir 50 persenan.

Pada Tahun ini pihaknya mengajukan kuota mencapai 44.719.878 ton untuk urea namun hanya direalisasi sebanyak 23.614.214 ton saja atau 52,805 persen dari pengajuan.

Untuk NPK diajukan sebanyak 52.632.252 ton dan direalisasi sebanyak 15.456.589 ton atau sebesar 29,367 persen.

Baca Juga: Butuh 'Gairahkan' Kembali Ilmu Falak di Pesantren

Karena terjadi pengurangan kuota yang demikian besar, pihaknya melalui para penyuluh pertanian di lapangan telah menyarankan petani untuk menggunakan pupuk non subsidi serta pupuk kompos.

Diapun telah melakukan sosialisasi kepada petani soal pembelian pupuk cukup membawa KTP, karena kuota yang terbatas.

“Kalau dengan harga gabah diatas Rp 800.000 per kw, menggunakan pupuk non subsidi masih bisa untung. Namun demikian kami sejak lama telah menyarankan petani untuk terus berusaha menggunakan pupuk kompos, tapi petani belum bisa melakukannya secara efektif,” ungkap Iman.

Baca Juga: Soal Kembali Bertenggernya APK Raksasa di Jalan Siliwangi, Bawaslu Kuningan Selurusi ke Bappenda

Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi melakukan sidak ke sejumlah penyalur pupuk setelah mendapat banyak pengaduan petani yang mengalami kekurang bahkan kelangkaan pupuk.

“Kami telah berkoordiansi dengan pihak Kejaksaan, Kepolisian serta TNI untuk penagwasi pendistribusian pupuk jangan sampai terjadi penyelewengan. Kebutuhan petani tetap terpenuhi sesuai kuota yang dimilikinya masing – masing,” ungkap Dedi.(Tati/KC)***

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah