“Perkiraan panen jagung baru pertengahan bulan Maret mendatang, itupun belum bisa dujual karena harus proses pengeringan. Mending kalau cuaca panas jagung bisa lebih cepat kering, sebaliknya jika curah hujan masih tetap tinggi pengeringan agung bisa lama,” ungkap Yana.
Baca Juga: Pj Wali Kota Cirebon Pimpin Upacara Peringatan HUT Ke-66 PAM Tirta Giri Nata
“Teu acan paranen nembe aya nu panen ge nu di Walahar tilas sabrang sareng bawang langsung di pelakan jagong,” tambah Yana.
Naiknya harga telur dikeluhkan pedagang nasi goreng dan pedagang cilor, makaroni basah serta mie rebus . Mereka mengaku sulit menaikan harga karena tidak menutup kemungkinan konsumen akan protes, sementara harga telur terus naik .
“Harga nasi goreng per forsi Rp12.500, padahal beras sudah naik cukup lama mencapai Rp 16.000 per kg untuk kualitas medium, karena kan nasi goreng menggunakan beras medium. Sekarang diikuti kenaikan harga telur, ya pedagang nasi goreng semakin terpuruk, menaikan hargakami tidak bisa, sementara bahan baku beras dan telur semua naik,” kata Cucu salah seorang pedagang yang mengaku teraksa menurunkan forsi.
Baca Juga: Kapolres Cirebon Kota Kunjungi PPK Lemahwungkuk
Kenaikan harga tidak hanya telur namun juga cabe merah yang mencapai Rp 100.000 per kg, bawang merah dan baang daun juga mahal.
Hal senada juga disampaikan Nana pedagang makaroni telur di halaman Sekolah Dasar. Dia menyebutkan terpaksa mnegurangi telur, jika biasanya satu telur untuk 6 forsi sekarang bosa untuk 10 forsi yang terpenting dibubuhi telur.
“Caranya 1 teur dikocong sampai mengembang, setelah itu diambil satu sendok untuk setiap forsi. Laah ini kan untuk anak – anak yang penting ada telur yang nempel, dijualnya juga hanya Rp 2.000 per forsi,” katanya.