KABARCIREBON - Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1445 H, Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi tabuh bedug dlugdag.
Tradisi tabuh bedug atau "dlugdag" ini menjadi salah satu tanda datang awal Ramadhan bagi masyarakat Cirebon dan sekitar.
Tabuh bedug atau "dlugdag" di Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, sudah menjadi tradisi turun temurun, terutama ketika masuk awal Ramadhan, Idul Fitri, dan juga sahur.
Bedug yang ditabuh merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.
Tradisi dlugdag ini, dilakukan sebagai ungkapan sukacita menyambut datangnya bulan penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam yang ada di Cirebon.
"Tanggal 12 Maret, kita akan memulai puasa. Meskipun ada perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan, namun kita tetap melaksanakan ibadah puasa bersama-sama, mengikuti jejak para wali seperti Syekh Syarif Hidayatullah, salah satu dari Wali Songo," kata Pangeran Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Suryadiningrat, kemarin.
Baca Juga: Selama Februari 2024, Satresnarkoba Polresta Cirebon Ungkap 10 Kasus, 13 Tersangka Ditahan
Tradisi tabuh bedug dlugdag ini telah dilakukan sejak jaman Sunan Gunung Jati dan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Cirebon.
Setiap daerah, memiliki ciri khasnya sendiri dalam menyambut Ramadhan, termasuk pawai obor dan prosesi di masjid atau keraton.
Pada tahun ini, prosesi tabuh bedug dihadiri oleh keluarga keraton dan kerabat, termasuk Pangeran Raja Muhammad Nusantara.
Tradisi beduk dlugdag menjadi momen untuk merayakan kedatangan Ramadhan dengan penuh kebahagiaan dan kesyukuran.
Meskipun terdapat perbedaan dalam metode penentuan awal Ramadhan, baik melalui perhitungan hisab maupun rukyat, namun semua itu dilakukan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.
Tradisi bedug dlugdag menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan dalam menyambut bulan suci yang penuh berkah bagi umat Islam di Cirebon. (Jaka/KC).***