Petani Jagung di Majalengka Mengeluh, Terpaksa Tahan Hasil Panen

- 1 April 2024, 20:35 WIB
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi tengah memanen jagung di Kecamatan Banjarujeg. Dia akan berusaha mengembangkan dan memperluas area tanaman jagung di wilayah utara Majalengka yang petaninya masih memiliki kebiasaan bertani padi.*
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi tengah memanen jagung di Kecamatan Banjarujeg. Dia akan berusaha mengembangkan dan memperluas area tanaman jagung di wilayah utara Majalengka yang petaninya masih memiliki kebiasaan bertani padi.* /Kabar Cirebon/Foto Tati Purwati/

KABARCIREBON - Petani jagung di Majalengka mengeluhkan harga jagung pipilan kering yang terus merosot hingga di angka Rp 3.500 per kg.

Karena harga yang terus merosot, sebagian petani menahan hasil penennya untuk dijual setelah kembali naik.

Menurut keterangan sejumlah petani di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, harga sebesar Rp 3.500 per kg sudah berlangsung sejak tiga hari terakhir.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Enggan Kompromi dengan Preman, Menyerah atau Polisi Mengambil Tindakan Tegas

Pekan sebelumnya, harga masih berada di kisaran Rp 4.600 hingga Rp 4.800 per kg di tingkat petani.

“Minggu kemarin tanggal 24 juga masih lumayan mahal Rp 4.600 dibeli bandar, malah ada bandar yang berani lebih mahal Rp 200, sekarang mah makin hancur harganya,” ungkap Sudiasih salah seorang petani yang mengaku menanam 6 kg jagung dengan hasil panen diperkirakan mencapai 24 kw.

Kerena harga murah, dia menunda penjualan hingga setelah lebaran Idul Fitri mendatang dengan harapan harga akan kembali naik.

Baca Juga: Jelang Arus Mudik, Ram Check Dilakukan pada Kendaraan Bus di Terminal Harjamukti Kota Cirebon

Hal yang sama diungkapkan petani lainnya Endon dan Udin yang jagungnya baru dipanen pekan kemarin, saat ini masih masa pengeringan.

“Butuh uang untuk lebaran, namun jika dipaksa dijual sayang karena harganya sekarang murah," ungkap Udin.

Berbeda dengan Didi, dia terpaksa langsung menjual hasil panennya karena dikejar utang bekas modal tanam. Bibit dan pupuk, dia mengambil terlebh dulu dari bandar jagung di kampungnya karena tidak memiliki modal.

Baca Juga: Rawan Kemacetan, Pemudik Dihimbau Waspadai Jika Melintasi Sejumlah Pasar di Cirebon

Hanya, dia mengaku beruntung karena ketika panen harga jual masih mahal sebesar Rp 5.000 per kg, sehingga keuntungan masih lumayan besar.

Di Desa Nunuk, hampir seluruh petani menanam jagung varietas hibrida dengan alasan biji lebih besar dan hasil panen lebih banyak.

Di desa tersebut hampir sebagian besar petani bercocok tanam jagung baik di sawah maupun di kebun dan tegalan. Alasanya, bertani jagung setahun bisa dua kali tanam.

Baca Juga: Di Bulan Ramadan, PSAS Desa Semplo Cirebon Kembali Santuni Yatim dan Dhuafa

Sedangkan bertani padi hanya bisa satu kali tanam. Di samping itu hasilnya lebih besar dibanding padi, karena biaya pemeliharaan juga jauh lebih murah.

“Di kami sudah jarang yang menanam padi, semua jagung, hasilnya lebih besar. Makanya sekarang ini banyak petani yang membeli beras ke kota,” kata Aliah.

Salah seorang bandar jagung Wismayana menyebutkan, terus merosotnya harga jagung pipilan kering karenasaat ini dihampor semua wilayah sudah mulai panen raya, wajar jika harga terus turun.

Baca Juga: Salat Idulfitri di Kota Cirebon Dipusatkan di Alun-alun Kejaksan

“Selain itu katanya ada jagung impor masuk sejak beberapa minggu kemarin, ini juga diduga mempengaruhi penurunan harga,” katanya.

Pj Bupati Dedi Supandi berharap panen raya jagung dapat memberikan kontribusi positif terhadap ketersediaan pangan lokal dan mengurangi tekanan inflasi.

Area tanaman jagung di Kabupaten Majalengka sendiri menurutnya tersebar di 9 kecamatan, dengan luasa tanam MT rendeng di Tahun 2024 sekimencaai sekitar 15.000 hektare. Kecamatan Bantarujeg menjadi salah satu sentra terbesar dengan luas tanam sekitar 2.000 hektare.

Baca Juga: Tuntaskan Pekerjaan Jelang Akhir Masa Jabatan, Wabup Ayu Dambakan Kabupaten Cirebon Lebih Maju 

Pemda Majalengka fokus untuk menambah area tanaman jagung di wilayah utara kabupaten, meskipun masih ada kebiasaan petani yang lebih suka menanam padi. Namun, diharapkan kesuksesan jagung varietas hibrida yang tahan terhadap gama dapat mendorong petani untuk beralih ke tanaman jagung.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah