Pentingnya Demand Dalam Membuat Konten, Healing dan Staycation Kata Kunci yang Populer Pasca Pandemi

29 Agustus 2023, 20:09 WIB
Deni Yudiawan, jurnalis senior Pikiran Rakyat saat memberikan materi tentang Socio Eco Journalism di acara Journalist Camp 2023: PRMN x EIGER. /*/dok. PRMN/Aditya

KABARCIREBON - Membuat konten di era digital ternyata butuh riset. Riset itu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana demand atau peminat dari konten yang dibuat. Sehingga, demand menjadi penting dalam membuat sebuah konten.

Demikian disampaikan Deni Yudiawan, wartawan senior Pikiran Rakyat saat menjadi pemateri dengan tema Socio Eco Journalism di acara Journalist Camp PRMN X Eiger 2023 di Sari Ater, Subang, Jawa Barat, Kamis-Jumat, 24-25 Agustus 2023.

Menurut Deni Yudiawan, saat ini, alam terbuka menjadi tujuan utama masyarakat untuk healing. Wajar, alam terbuka adalah salah satu lokasi refreshing yang mewah dengan harga murah. Maka tak heran, healing menjadi salah satu kata kunci yang trending dalam mesin pencarian Google.

Baca Juga: Dikabarkan Muncul Titik Api Baru Di Blok Cirendang Kawasan Gunung Ciremai tapi Berhasil Dipadamkan

Karenanya, menurut Deni Yudiawan, membuat konten-konten tentang lingkungan memiliki tingkat keterbacaan tinggi dalam mesin pencarian Google. Sebab, konten itu sejalan dengan perilaku masyarakat saat ini.

"Saya ingin memberikan gambaran tentang demand atau permintaan. Jadi kalau kita ngobrol masalah ekonomi tentang jual beli, maka kita harus tahu demandnya. Kalau bikin sesuatu tidak ada peminatnya, ya percuma. Begitu juga dengan berita atau konten," tutur Deni Yudiawan.

Menurutnya, sebuah konten yang dibuat tanpa mengetahui peminatnya, menjadi sia-sia. Sebab, orang enggak suka dengan konten tersebut, sehingga tidak dibaca.

Baca Juga: Hampir Tak Terkendali, Harga Beras di Majalengka Terus Melonjak

"Ini hasil riset saya dari Google Indonesia. Rilisnya akhir tahun kemarin tapi masih relevan dengan sekarang. Jadi saat ini, kecenderungan orang mencari di mesin pencari itu, berkaitan dengan lingkungan," katanya.

Deni Yudiawan menduga, perilaku itu tidak lepas dari efek Pandemi Covid-19 yang menimpa masyarakat dunia. "Pandemi ini mengubah semuanya. Salah satunya adalah mencari identitas diri. Jadi keinginan sebelum pandemi dan setelah pandemi itu terjadi perbedaan. Contoh, pada anak sekolah dan karyawan, ketika ditanya, mereka cenderung memilih bekerja atau belajar dari rumah," katanya.

Dan uniknya lagi, pasca pandemi Covid-19, mencari pekerjaan itu susah. Namun, kini banyak orang mencari pendapatan dari internet dengan meningkatkan kapasitas diri.

Baca Juga: Kunker Ketua Komisi DPRD Kabupaten Cirebon ke Proyek Kawasan Wisata Gebangmekar, Tinjau Jalan Rusak

Karenanya, menurut Deni Yudiawan, seorang wartawan harus paham tentang perubahan perilaku itu, sehingga ia tahu betul konten apa yang diinginkan pembaca.

"Fungsi utama jurnalis itu adalah memberikan gambaran kepada masyarakat. Agar, masyarakat bisa mengambil keputusannya sendiri. Jurnalis mengungkapkan data dan fakta, supaya masyarakat bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik buat mereka," tuturnya.

Hal lain yang diungkapkan Deni Yudiawan adalah soal informasi hoax. Ia menegaskan informasi hoax tentang bencana alam itu tertinggi setelah politik. Karenanya, jurnalis harus hadir untuk meluruskan informasi hoax tersebut di tengah tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Pedagang Bakso yang Top Markotop di Tebet, Bisa Dicoba Bakso Mantan Pacar dan Bakso Ibu

"Dan yang terpenting menurut saya, setiap informasi itu harus diverifikasi. Karena, pertahanan jurnalis ada diverifikasi, bukan yang lain," katanya.

Deni Yudiawan menyarankan konten yang berkaitan dengan healing dan staycation, perlu diperbacanyak. Sebab, dua kata kunci itu cukup populer saat ini. Itu bisa dijadikan bahan jurnalis dalam mengejar traffick di era digital.

Karena, healing dan staycation merupakan cara masyarakat yang lagi trend pasca pandemi Covid-19 dalam mengisi waktu libur. Selain mewah, juga murah. Perilaku masyarakat yang demikian, tentu sangat positif.

Baca Juga: Pemkab Cirebon Alokasi Anggaran Bansos Sebesar Rp 23,6 Miliar

Artinya, ketika manusia butuh alam maka muncul kepedulian untuk menjaga dan melestarikan alam dari kerusakan. "Jadi, saat ini, orang mau liburan tapi duit terbatas. Ingin yang mewah tapi murah. Maka mereka memilih ke alam bebas untuk healing, glamping, dan aktivitas lainnya yang bertema alam," ujar Deni Yudiawan yang juga seorang Trainer Jabar Saber Hoaks, 2019.

Dan menariknya, pasca pandemi Covid-19, 60 persen generasi muda sekarang peduli lingkungan. Dan itu dibuktikan saat kumpulan anak-anak muda yang tergabung dalam Pandawara Group berhasil menggerakan ribuan orang membersihkan sampah di sungai dan pantai.

"Sekarang ini, orang ingin refreshing itu larinya bukan ke mall tapi ke alam bebas. Maka tak heran, banyak orang melakukan glamping saat mengisi waktu liburnya. Maka, perubahan perilaku itu harus dicermati jurnalis. Sehingga, ia tahu, konten apa yang harus dibuat," tambahnya.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler