Dahsyatnya Do'a Rahasia Dibalik Kesuksesan Prof Dr H Asep Saefuddin Chalim. Kiai Miliarder yang Menginspirasi

- 15 Mei 2023, 00:56 WIB
Prof Dr H Asep Saepuddin Chalim, MA pengasuh Pondok Pesantren Amanatul  Ummah Moejokorto, Surabaya dan Majalengka sekaligus putera pendiri NU Majalengka KH Abdul Chalim Leuwimunding
Prof Dr H Asep Saepuddin Chalim, MA pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Moejokorto, Surabaya dan Majalengka sekaligus putera pendiri NU Majalengka KH Abdul Chalim Leuwimunding /Jejep/
 
"Kesederhanaan, Keikhlasan dan Dahsyatnya Kekuatan Do'a. Rahasia Dibalik Kesuksesan Prof Dr H Asep Saefuddin Chalim MA. Kiai Miliarder yang Menginspirasi,"

KABARCIREBON-Figur kiai yang sangat sederhana dalam penampilan, santun dalam bertutur kata dan perbuatan. Tak pernah menaruh rasa dendam, cerdas dalam pemikiran maupun gagasan. Hingga dikenal sebagai tokoh agama yang dermawan.

Itulah sekilas pribadi yang terekam pada sosok Prof Dr KH Asep Saefuddin Chalim, MA. Namun dibalik semua itu, terpancar kharisma yang luar biasa, dan keteladanan yang dapat dipetik dalam kehidupannya.

Putera dari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Chalim ini, merupakan pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren besar di  Surabaya maupun di Mojokerto  Provinsi Jawa Timur.
 
 
Pesantren itu bernama Amanatul Ummah. Selain itu, kiai yang dikenal kalem dan tak banyak bicara itu pun, diberikan amanah sebagai Ketua Umum Persatuan Guru Nadhlatul Ulama (Pergunu) Indonesia. Dalam perjalanan hidupnya, ia telah berhasil meraih kesuksesan finansial dan segudang prestasi dalam dunia pendidikan, baik formal maupun non-formal.
 
Hingga puncak pendidikan akademiknya, mampu menyandang gelar sebagai guru besar (profesor).Tak hanya itu, kiai kelahiran Majalengka 16 Juli 1955 ini pun, memiliki beberapa pondok pesantren dan mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal dengan kualitas unggulan.
 
Sekolah itu dari mulai jenjang pendidikan Paud, RA, MI, MTs, MA hingga perguruan tinggi swasta. Keberhasilannya pun tercermin pada kesuksesan anak-anaknya dalam meniti karir. Putera dan puterinya serta menantunya kini sukses dalam hidup dan memiliki jabatan strategis.
 

Tak hanya itu, kendati memiliki banyak harta benda dan beragam bisnis yang digelutinya, Kiai Asep tetap rendah hati dan sangat dermawan. Ia seringkali berbagi rezeki tanpa memandang status sosial.

Dibalik kisah kesuksesannya itu, ia memiliki banyak pengalaman hidup yang berharga dan menginspirasi setiap generasi. Seperti pepatah menyebutkan, berakit rakit ke hulu, berenang renang ketepian, bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian.

Menggapai impian itu membutuhkan proses, dan tidak terlahir secara instan. Tidak ujug ujug terlahir, tanpa ada cucuran keringat dan pengorbanan. Itulah salah satu kunci suksesnya Kiai Asep.
 
Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto : KH Abdul Chalim Majalengka Layak Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

Sejak kecil, ia telah ditempa pendidikan oleh orang tuanya dan diterjang beragam cobaan. Hingga membentuk dirinya menjadi sosok yang tangguh dan luar biasa.

Disiplin dan kepeduliannya tak pernah meruntuhkan semangatnya, namun justru menjadikannya pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan.

"Saya bisa menjadi seperti ini melalui proses yang sangat panjang. Banyak pengalaman pahit yang saya alami, tapi saya menghadapinya dengan penuh kesabaran dan mencurahkan segala isi hati saya hanya kepada Allah SWT," ujar Prof Asep ketika berada di Ponpest Amanatul Ummah II Kabupaten Majalengka saat mengawali kisah hidupnya.
 
Baca Juga: MPR RI Gelar Seminar Nasional Pengusungan KH Abdul Chalim Majalengka Sebagai Pahlawan Nasional 2023

Ia mengaku bahwa kehidupan ekonominya menempuh pendidikan sangat prihatin dan terpuruk. Baru mulai membaik saat ia mulai merintis pembangunan pondok pesantren. Namun itu pun tak berlangsung lama.
 
Saat di tengah perjalanan, ketika ia hendak pergi menunaikan ibadah haji, pesantren yang telah ia dirikan, diambil orang lain.Tanah wakaf yang digunakan untuk pesantren itu diambil kembali oleh pemiliknya.
 
Sebagai manusia biasa, dirinya tentunya terpukul mendengar kabar tersebut. Namun, saat yang bersamaan, ia menemukan sebuah hadis nabi yang berisi pesan bahwa siapa pun yang menerima cobaan dengan ikhlas, Allah Swt akan memberikan pengganti yang lebih baik.
 
Baca Juga: Peran dan Kiprah KH Abdul Chalim Majalengka, Pendiri NU dan Pejuang Kemerdekaan RI. Calon Pahlawan Nasional

Dengan berpegang pada hadis nabi tersebut, ia merasa terobati dan hatinya menjadi tenang. Ia pun bersyukur atas kejadian tersebut. Karena tak lama kemudian, dirinya dapat memiliki pondok pesantren yang lebih besar.
 
Diimbangi dengan berdiirinya lembaga pendidikan formal. Peristiwa ini pula menjadi pelajaran berharga baginya, sehingga ia menolak menerima barang wakaf dari siapa pun. Baik dari pemerintah apalagi dari pribadi seseorang atau lembaga. Hingga detik ini hal ini tak pernah dilanggar.

Tak Pelit Berbagi Ilmu

Selain itu pula, ia juga tidak pernah pelit berbagi ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada orang lain, termasuk "rahasia dapur" kesuksesan bisnisnya maupun kurikulum pendidikan yang ada di sekolahnya.
 
 
Kondisi ini sangat tidak lazim, karena pada umumnya kebanyakan orang cenderung enggan "berbagi resep" atau pengetahuan, karena takut terjadi persaingan. Namun, konsep tersebut tak berlaku bagi Kiai Asep.
 
Ia dengan tulus dan sukacita memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada pesantren maupun lembaga pendidikan lainnya yang datang bersilaturrahmi kepadanya. Ia pun tak mempersoalkan ilmunya untuk ditiru dan diadopsi.
 
Hingga kemudian, pengalaman maupun kurikulumnya ini diimplementasikan di sekolah-sekolah lain di Indonesia. Agar bersama sama maju mencerdaskan anak bangsa.

Disiplin Shalat Malam

Di antara deretan rahasia kesuksesan lainnya, yang masih ia lakukan hingga saat ini adalah kehidupan spiritualnya yang kuat. Ia tidak pernah melewatkan shalat hajat malam 12 rakaat dengan 6 kali salam ditutup dengan witir, dan dzikir. Amalan doa ini ia peroleh dari ijazah gurunya, dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
 

Ia telah melaksanakan amalan spritual itu sejak kecil dan tidak pernah absen, meskipun dalam kondisi apapun. Keutamaan dan keteguhan dalam ibadah wajib dan sunah itulah, memberikan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi segala cobaan dan tantangan yang menerpa kehidupannya.

Gagal Meminang Calon Isteri

Tak lupa ia pun pernah mengalami kegagalan ketika hendak mempersunting calon isteri. Kegagalan ingin memiliki pendamping hidup, tak membuatnya putus asa. Ia pun berserah diri dan memohon doa agar segera menemukan belahan jiwa.
 
Dan dikabulkannya hingga menikah dengan Nyai Alif Fadilah wanita asal Indramayu Jawa Barat, dengan tanpa melalui proses pacaran. Dan kini memiliki 9 orang anak. Kesuksesannya pun tak terlepas dari sosok isterinya hebat, yang kerap memberikan motivasi dan dukungan saat dihantam beragam cobaan.
 
 
Sehingga tak berlebihaan, dibalik kehebatan suami, ada peran isteri yang ada didalamnya. Begitu pula, dibalik kegagalan suami ada campur tangan isteri yang turut mempengaruhinya.
 
Menolak Bantuan Presiden Jokowi

Hal lain yang membedakan Prof Asep dari kiai-kiai pada umumnya adalah sifat dermawannya yang luar biasa. Ia menolak menerima bantuan dana dari pemerintah atau siapapun. Sebaliknya, ia malah menyarankan agar dana tersebut diberikan kepada mereka yang lebih membutuhkan.
 
Hal itu pun ia pernah lakukan saat bertemu dengan Presiden Jokowi. Kiai Asep menolak secara halus semua pemberiaan yang ditawarkan oleh orang nomor satu di negeri ini. Dan menyarankan agar bantuan itu diberikan kepada yang membutuhkan.Kalau pun kiai asep lagi membutuhkan pertolongan, ia lebih memilih meminta kepada Allah Swt melalui shalat tahajud dan dzikir malam. 
 
Baca Juga: Timsel Umumkan 28 Orang Bakal Calon Anggota Bawaslu Jabar 2023-2028. Ada Nama Ketua Bawaslu Majalengka

Tak hanya itu, kelebihan lain yang dimiliki Kiai Asep adalah mampu menahan emosi dan tak menaruh dendam pada siapapun. Kendati ia pun pernah disakiti atau dizalimi. Ia menerima apapun semua itu, dan menyerahkan segala sesuatu pada sang maha kuasa.
 
Ia meyakini bahwa iri hati dan menaruh dendam adalah sikap yang harus dibuang jauh jauh. Sebab urusan karma itu bukan kewenangan dirinya untuk membalasnya. Wilayah itu domain Allah Swt. Cepat atau lambat setiap kebaikan atau keburukan itu pasti ada balasannya.

Doa Ayahanda KH Abdul Chalim

Terakhir, ia pun sangat menyadari bahwa keberhasilannya saat ini tidak terlepas dari doa-doa dan keberkahan doa dari orang tuanya, almagfyrlah KH Abdul Chalim. Ayahnya yang merupakan salah satu pendiri NU, pernah kedatangan para pendiri NU. Dan bertanya kepada Abah Halim mengapa selama mengabdi di NU, tidak memiliki pondok pesantren, hanya sebuah musholla kecil.
 

Saat itu, KH Abdul Chalim menjawab, bahwa meskipun saat ini ia tidak memiliki apa pun, tetapi kelak anaknya akan memiliki pesantren dan lembaga pendidikan yang besar. Ramalan itu pun terbukti dan menjadi kenyataan sekarang.
 
Dan itu ada pada anak bungsunya bernama Kiai Asep. Sehingga kesuksesannya saat ini tak terlepas dari doa-doa mustajab dari sang ayah. Sehingga ia kini menjadi sosok seorang ulama besar dan tokoh nasional. Namanya banyak di kenal hampir seluruh tokoh di negeri ini, baik kapasitanya di organisasi NU maupun di dunia pendidikan.

Bagi generasi milenial saat ini, yang tidak pernah melihat langsung peran dan sosok ulama besar KH Abdul Chalim. Bisa melihat sosok dan pribadi Prof Asep adalah jawabannya. Dalam wajah dan sikapnya, ia mewarisi kepribadian ayahnya yang sangat alim.
 
Baca Juga: Waspada, Angin Kencang Disertai dengan Cuaca Ekstrem Kini Sudah Mulai Melanda wilayah Cirebon

Dengan kharisma, kesederhanaan, dan sikap tawadhu yang dimiliki oleh kiai Asep. Ia telah menjadi panutan bagi banyak orang. Keberhasilan dan dedikasinya dalam dunia pendidikan dan keagamaan, menginspirasi generasi muda untuk berjuang dan menjadi pribadi yang tangguh.
 
Ini menunjukkan bahwa kesuksesan tidak harus dikaitkan dengan kekayaan materi semata, tapi juga dengan kebaikan hati, pengabdian, dan kerendahan hati. Kiai Asep juga sosok yang tidak hanya memberikan teladan dalam hal pendidikan dan keagamaan, tapi juga dalam menghadapi cobaan hidup.
 
Pengalaman - pengalamannya yang pahit telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang tegar dan tabah, yang tidak membiarkan dirinya terpuruk oleh kegagalan atau kesulitan.
 
Baca Juga: Update Klasemen Medali SEA Games 2023 Malam Ini, Indonesia Geser Kamboja, Ini Daftar Cabor Penyumbang 10 Emas

Kesimpulannya, melalui perjalanan hidup Kiai Asep, banyak mengajarkan kepada kita semua, tentang pentingnya berbagi ilmu dan berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia memahami bahwa pengetahuan yang dimiliki tidak ada artinya jika tidak diamalkan untuk kemaslahatan  masyarakat secara luas.

Oleh karena itu, ia dengan tulus membagikan rahasia kesuksesannya kepada siapapun, baik secara kelembagaan atau pribadi. sehingga dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Selain itu pula, keistiqomahaan Kiai Asep dalam menjalankan ibadah dan amalan spiritualnya menjadi contoh bagi kita semua. Ia tak pernah mengabaikan kewajibannya dalam beribadah, meskipun di tengah kesibukkanya dengan tugas-tugasnya sehari-hari.
 
 
Keutamaan waktu malam dan dzikir telah memberikan kekuatan dan keberkahan dalam hidupnya. Itulah salah satu kunci dibalik kesuksesannya. Ketulusan dan ketidakmampuan Kiai Asep menaruh dendam pada siapapun,  merupakan sifat yang patut diteladani.
 
Ia memahami bahwa dendam hanya akan membebani hati dan menghalangi kebaikan dalam berinteraksi. Sikap kemurahan hati yang dimilikinya menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu berbuat baik dan membantu sesama tanpa pamrih.

Kia Asep juga menjadi contoh nyata dari sosok yang memiliki kharisma yang luar biasa, sederhana dalam penampilan, dan hidupnya telah memberikan manfaat pada masyarakat. Melalui perjuangannya dalam bidang pendidikan, keagamaan, dan kemanusiaan, ia telah menyentuh hati banyak orang, hingga menjadi teladan bagi generasi muda saat ini.
 
Baca Juga: Asdullah: Target PAD Sektor PKB Rp 2,5 Miliar

Semoga kisah inspirat ini, dapat memberikan semangat dan motivasi kepada kita semua untuk menjadi pribadi yang tangguh, dermawan, dan rendah hati dalam menghadapi kehidupan dunia yang sementara ini. Jika gajah mati meninggalkan gading, maka manusia mati harus memberikan manfaat dan maslahat. Karena sesungguhnya manusia yang baik itu, yang memberikan manfaat bagi orang lain. Semoga.*** 
 
 Dapatkan berita Kabar Cirebon lainnya klik di Google News
 
 
 

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x