Suhu Panas Majalengka Rugikan Petani Bawang, Hasil Panen 1 Hektare Menyusut 3 Ton

23 Oktober 2023, 15:23 WIB
Pekerja tengah mengangkut bawang merah dari sawah di Blok Leuweungbata, Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, ke jalan raya untuk dibawa ke gudang, Senin (23/10/2023). Akibat suhu panas pertumbuhan bawang kurang baik sehingga produksipun turun drastis. /Kabar Cirebon/Foto Tati Purwati/

KABARCIREBON - Elnino berdampak pada peningkatan suhu udara yang panas melebihi 39 derajat celcius berpengaruh besar terhadap tanaman bawang merah di wilayah Majalengka, hingga mengakibatkan kerugian. Karena hasil panen bawang tidak maksimal.

Menurut keterangan sejumlah petani bawang merah yang menyewa lahan di Blok Leuweungbata, Desa Pakubeureum serta Desa Kertawinangun, Kecamatan Kertajati, hampir sebagian besar petani bawang pada musim tanam tahun ini mengalami kerugian.

Hal ini akibat pengaruh cuaca yang terlalu panas, yang berdampak pada pertumbuhan bawang kurang baik, lebih pendek dari biasanya sehingga umbinya pun lebih kecil.

Baca Juga: Bulog Cirebon dan Bapenda Majalengka Gelar Operasi Pasar Murah, Beras Dijual Rp10.200 Per Kilogram

“Kerugian diderita terutama yang nebas (memborong kebunan), upah tinggi harga bawang rendah,” ungkap Romir salah seorang petani bawang merah yang menanam seluas 2 hektare serta nebas seluas kurang lebih 5,5 hektare.

Menurut Romir, jika biasanya dari luas lahan 1 hektare diperoleh panen sebanyak 12 tonan. Kini, hanya diperoleh sekitar 8 hingga 9 tonan saja. Turunnya cukup besar hingga 4 tonan karena bawangnya lebih kecil.

Kondisi ini diperparah dengan harga yang rendah hanya mencapai Rp11.000 hingga Rp 12.000 saja di Pasar Induk Jakarta. Padahal menurutnya biaya garap serta upah kerja lumayan mahal. “Jadi harga jual dengan modal sekarang tidak seimbang, belum hasil yang kurang karena cuaca panas,” kata Romir.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Lindungi 40,4 Juta Tenaga Kerja dengan Total Dana yang Dikelola Mencapai Rp688 Triliun

Menurut Irlan petani lainnya, modal bertani bawang merah tidak sedikit, butuh uang ratusan juta hanya untuk menanam satu hektaran saja. Modal tanam bisa mencapai Rp 100.000.000 per ha, itu mulai mencangkul menyiapkan lahan hingga pupuk dan pengairan serta buruh tanam.

“Sewa lahan saja sudah Rp 8.000.000 per bau, bibit bawang 1,5 ton kali Rp 55.000, sudah berapa,” katanya.

Sukri yang menanam di Desa Kertawinangun mengaku lebih memilih perkebunan bawangnya dilelangkan kepada petani lain menghindari kerugian semakin tinggi.

Baca Juga: Begini Tanggapan Jokowi Anaknya Jadi Cawapres Prabowo

Dengan dilelangkan, setidaknya tidak perlu mengurus pekerja lagi dan mengolah bawang dari kebun ke gudang yang butuh pekerja banyak dan tambahan modal besar hingga menjualnya ke Jakarta.

“Mau bau dijual Rp 120.000.000 yang penting ada laba walaupun sedikit,” katanya.

Romir mengaku nebas dari temannya seluas 5 hektare sebesar Rp 520.000.000 mengaami kerugian karena hasil tidak sesuai perkiraan.

Baca Juga: Lebih dari Dua Puluh Provinsi & Daerah -UMKM Ditetapkan sebagai Pemenang Paritrana Award 2023, Ini Daftarnya

Produksinya kini rata – rata hanya 8 tonan, sementara upah kerja cukup tinggi. Perhitungannya kuli angkut saja untuk panen seluas itu sudah 10 orang dengan upah rata – rata Rp 200.000 per orang.

Sedangkan pekerja perempuan mencapai 145 orang dengan upah rata – rata sebear Rp 75.000 per hari kali lama panen, 3 harian. “Itu belum kuli motong nanti di gudang sebelum dibawa ke Jakarta,sementara harga sekarang hanya Rp 11.000 hingga Rp 12.000 saja.” ungkap Romir.

Mereka berharap ada teknik penanaman yang lebih baik disaat terjadi el nino seperti sekarang agar tanaman bawang merah tetap besar seperti biasanya.

Baca Juga: Gibran Rakabuming Cawapres Prabowo Subianto! Begini Reaksi Mengejutkan Netizen

“Tahun kemarin curah hujan tinggi, yang tanam terakhir gagal panen karena daun bawang membusuk, ada yang tidak dipanen sama sekali karena daun busuk dan bawang kecil, kalau dipaksa dipanen justru kerugian semakin besar. Tahun ini sebaliknya cuaca terlalu panas dan bawang lebih kecil,” katan Irlan.

Padahal menurut para petani saat cuaca panas seperti sekarang, mereka sudah berusaha untuk terus mengairi area tanaman bawangnya agar tanaman lebih segar, namun nyatanya tetap produksi turun drastis.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler