KABARCIREBON - Hama tikus menyerang tanamai cabai di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Akibatnya, petani terpaksa panen dini meski cabai masih hijau dan muda. Itu dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Sebab, jika dibiarkan, tikus memakan cabai yang masih usia muda serta pucuk cabai hingga sebagian rusak. Cabai yang belum begitu tua, dimakan bagian tengah hingga ujungnya, dengan begitu cabai tidak bisa dipanen karena berlubang bekas gigitan tikus hingga sebagian mengering.
Nesti salah seorang petani cabai menyebutkan tanaman cabainya yang kini berusia 2 bulanan rusak parah. Dari luas tanam sekitar 1 hektare lahan kini hanya mampu memanen cabai hijau sekitar 1 kw saja, padahal biasanya dari luas 1 hektare lahan bisa memanen hingga 4 kw per sekali panen per minggu.
“Sekarang tidak bisa dipanen hingga kondisi cabai kemarahan, karena kalau menunggu berwarna merah, cabai lebih dulu dipanen oleh tikus, akhirnya kita hanya kebagian cabaiyang rusaknya saja, sisa tikus,” ungkap Nesti.
Karena cabai dipanen hijau maka harganyapun rendah hanya bisa dijual seharga Rp 10.000 per kg, sementara cabai merah bisa laku dijual hingga mencapai lebih dari Rp 30.000 per kg.
Kerugian tidak hanya akibat serangan tikus namun juga akibat tanaman mati akibat kekeringan. Cuaca panas banyak pohon yang layu hingga mati, air yang dipompa dari Sindupraja melalui pipa untuk menyiram kalah oleh cuaca panas.
Hal yang sama dialami petani lainnya Kamdi yang menanam seluas kurang lebih 500 bata di bekas tanaman padi. Saat ini dia nyaris tidak bisa memanen cabainya karena serangan tikus serta sebagian tanaman mati kekeringan.
“Petani terus dilanda kerugian, waktu tanam padi serangan tikusnya luar biasa hingga tanaman puso, sekarang ditanami cabai juga sama,” ungkapnya.
Tanaman cabainya baru dua kali dipanen namun hasilnya sangat sedikit kurang dari satu kwintal, Biasanya pada panen kedua dan ketiga hasil panen cukup maksimal.
“Sekarang petani di Sumber mah terus – terusan merugi, padi rugi cabe sama saja rugi, hamanya tikus dan kekeringan,” ungjap Kamdi
Menurut mereka biasanya para petani cabai di wilayanya ketika musim kemarau bisa meraup keuntungan dari tanaman cabai, semangka atau mentimun, namun tahun ini jangankan untung bisa menutupi bodal saja tidak mungkin bisa.
“Harunya menikmati hasil panen karena harga mahal sekarang malahs ebaliknya,” ungkap Kamdi.
Para petani sebelumnya pernah membasmi tikus dengan beragam cara namun populasi tikus tidak terkendali. Sebagian tikus dituding berasal dari wilayah luar yang menyerang ke Jatitujuh perbatasan Indramayu.
“Sebelumnya juga waktu menyerang tanaman padi, tikus berasal dari Indramayu, jumlahnya tidak terkendali karena tanam tidak serempak. “ katanya.(Tati/Kabar Cirebon)***