Aneh, Pembagian Bansos Beras 10 Kilogram Tidak Buat Harga Beras di Pasaran Jadi Turun

10 Februari 2024, 10:54 WIB
Ilustrasi beras mahal.* /Kabar Singaparna/

KABARCIREBON - Meski pemerintah telah menyebarkan bansos beras 10 kilogram, namun tidak membuat harga beras di pasaran turun. Kini harga beras tembus Rp 18.000 per kilogram. Kondisi ini membuat masyarakat terbebani untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga sehari-hari.

Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, Sabtu, 10 Februari 2024, harga beras di pasaran terus melonjak mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 untuk jenis premium. Padahal bansos jelang pemilihan Presiden 2024, sudah menyebar. Namun anehnya, harga beras tetap mahal.

Harga Beras Naik Tiap Pekan

Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Kabupaten Majalengka, Dedi Koswara menyebutkan, saat ini harga beras nyaris tidak terkendali dan terjadi kenaikan harga setiap pekan.

Baca Juga: Pj Wali Kota Cirebon Bersama Forkopimda Ikuti Jumat Curhat

“Sekarang hampir 70 persen pengusaha penggilingan di Majalengka berhenti beroperasi. Kalaupun beroperasi, hanya sesekali dalam sepekan. Karena, tidak tersedia gabah. Di saat ada gabah, harga mahal, biaya tidak tertutupi oleh harga jual,” ungkap Dedi.

Mahalnya harga beras itu seiring dengan lonjakan harga gabah di tingkat petani yang kini mencapai Rp 950.000 hingga Rp 1.000.000 per kwintal.

Akibat terus melonjaknya harga gabah dan tidak sebanding lagi dengan harga jual, kini hampir 70 persen pengusaha penggilingan beras yang berhenti beroperasi. Kalaupun masih, di antaranya hanya melayani pasar lokal bahkan ada yang tidak sama sekali.

Baca Juga: Pj Wali Kota Cirebon: Tanggal 13 Februari Sudah Tidak Ada Lagi APK Bertebaran

Dengan terus melonjaknya harga gabah, sejak Januari 2024 pengusaha harus menyiapkan tambahan dana sebesar 50 persen. Kemudian, dana cadangan sebesar 50 persen karena modal terhadap barang berkurang, sehingga modal harus dua kali lipat.

“Dengan harga yang terus naik maka modal terhadap barang berkurang 50 persenan, dana cadangan modal harus juga disiapkan. Bagi yang modal minim tentu memilih berhenti beroperasi,” katanya.

Menurutnya, saat ini beras medium diterima di Bandung dan Bogor telah mencapai Rp 15.000, harga sebesar itu berdasarkan harga beli yang masih Rp 14.500 per kg yang dilakukan pada akhir Desember. Untuk pembelian sekarang yang telah mencapai Rp 15.000 per kilogram, harga jual minimal Rp 15.600 hingga Rp 15.700 per kilogram.

Baca Juga: Prediksi Skor Fulham vs Bournemouth di Liga Inggris Sabtu 10 Februari 2024: Preview & Strarting Line-Up

Bansos Beras Tak Turunkan Harga Pasaran

Dedi menyebutkan penyaluran bantuan sosial yang dilakukan pemerintah untuk keluarga miskin sebanyak 10 kg per KK tidak membawa dampak pada penurunan harga beras di pasaran. Karena, gabah dan beras di tingkat petani benar – benar habis.

Yang harus dilakukan untuk meredam harga beras walaupun sifatnya sementara, perlu dilakukan operasi pasar. Hanya persoalannya, apakah Bulog masih memiliki stok beras atau tidak.

“Sekarang terkesan pemerintah membiarkan harga terus melonjak, tidak ada penyeimbang karena operasi pasar tidak dilakukan. Kalau operasi pasar dilakukan, setidaknya ada peredam walaupun sifatnya sementara,” ungkap Dedi yang kini hanya memiliki stok sebanyak 30 ton beras, itupun langsung dikirim ke Bandung untuk memenuhi pesanan kemasan 4 kg.

Baca Juga: Peduli Dunia Pendidikan, Pemda Kota Cirebon Fokuskan Peningkatan SDM dan Perbaikan Infrastruktur Sekolah

Dedi memprediksi mahalnya harga beras dan gabah akan terus berlanjut hingga setahun kedepan. Ini terjadi karena petani terlambat tanam akibat El Nino. Tahun ini masa panen diperkirakan baru terjadi pada April mendatang, musim tanam kedua baru akan dilakukan Mei sehingga panen MT II dilalukan September atau Oktober.

Peran Bulog Kurang Dioptimalkan

Itupun jika air masih tersedia, jika air tidak tersedia maka panen terancam gagal, dampaknya harga gabah kembali melonjak.

Dedi menyarankan agar masyakat tidak terbebani dengan harga beras, pemerintah daerah harus memiliki cadangan beras yang disimpan di gudang, ketika masyarakat butuh beras bisa dikeluarkan, atau peran Bulog dioptimalkan dengan terus menyebar beras di pasaran.

Baca Juga: Diguyur Hujan, Kemeriahan Malam Imlek di Vihara Dewi Welas Asih Kota Cirebon Begitu Terasa

Pengelola Pasar Sindangkasih Supriadi dan Pengelola Pasar Kadipaten Eyek Eka Cahya, menyebutkan, kenaikan harga beras di pasar tradisional sudah berlangsung dua hari terakhir. Beras premium di Pasar Kadipaten telah mencapai Rp 18.000 per kg, untuk premium kualitas I seharga Rp 17.000.

Sedangkan beras medium di pasar telah mencapai Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kg.

Namun demikian stok beras menurut mereka mencukupi. Bahkan menurut Supriadi salah satu grosir beras pada Senin, 5 Februari 2024, akan mendapat kirman sebanyak 5 tonan.

“Naiknya harga beras karena harga gabah terus melonjak kini telah mencapai Rp 950.000 per kg,” katanya.

Baca Juga: Sepanjang 2023 Pertamina Salurkan Kredit Bergulir Rp141 Miliar, UMKM wilayah Ini Tertingggi Penerima PUMK

Tengkulak Untung Besar

Sementara itu, pemuda petani asal Cirebon, Surnita Sandi Wiranata mengungkapkan, sebuah kekeliruan besar jika mengganggap harga beras naik petani untung. Karena menurutnya, yang paling diuntungkan adalah tengkulak.

"Yang untung tetap para tengkulak. Karena, petani menjual gabahnya saat musim panen raya. Dan pembelinya adalah tengkulak yang punya modal. Tengkulak membeli gabah tersebut dengan harga murah saat panen raya,".

"Lalu, tengkulak tersebut menyimpan gabah dan menjualnya kembali di masa musim tanam saat harga gabah mengalami lonjakan tertinggi. Jadi, tengkulak untung besar," tutur Surnita Sandi Wiranata yang juga Caleg Partai Golkar asal Cirebon untuk Provinsi Jawa Barat.(Tati Purwati/Alif Santosa/Kabar Cirebon)***

 

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler