“Ada 30 anak yang jadi komunitas baca. Mereka yang sudah sekolah di SMP tidak mau bareng lagi untuk membaca,” katanya.
Ketika kegiatan berlangsung, Yayan dan Onih berupaya mengedukasi anak-anak untuk bersikap tertib, dengan tidak asal melempar sampah, namun menyimpannya di keranjang atau kantung yang tersedia untuk dikumpulkan di bank sampah dan hasilnya didonasikan bagi anak yatim dan dhuafa.
Di perpustakaannya kini tersedia 500 buku dengan jumlah 400 judul. Jumlah tersebut masih kurang karena ternyata anak-anak asuhnya ada yang sudah dua hingga tiga kali membaca satu buku. Buku yang dibutuhkan rata-rata buku agama, karena mungkin kondisi lingkungan di kampungnya cukup agamis. Malah buku iqro dibutuhkan karena banyak anak TK yang mulai belajar membaca .
“Kami butuh banyak buku, buku iqro juga butuh banyak, yang tersedia hanya sedikit itu semua terpakai, kami butuh fasilitas agar mereka bisa terus membaca,” katanya.(Tati/KC)