Jatitujuh Majalengka Dilanda Kekeringan Hebat, Tanaman Padi pada Mati

- 13 Juni 2023, 18:07 WIB
KEPALA Desa Jatiraga, Kecamatan Katitujuh, Kabupaten Majalengka, Carsidik, bersama salah seorang petani  memperlihatkan areal sawah di wilayahnya yang mengalami kekeringan, Selasa (13/6/2023).*
KEPALA Desa Jatiraga, Kecamatan Katitujuh, Kabupaten Majalengka, Carsidik, bersama salah seorang petani memperlihatkan areal sawah di wilayahnya yang mengalami kekeringan, Selasa (13/6/2023).* /Kabar Cirebon/ Tati/

Kepala Desa Jatiraga Carsidik membenarkan, areal sawah yang terancam gagal panen di wilayahnya mencapai 250 hektare. Kondisi tersebut karena seluruhnya tidak terairi sedangkan jumlah pompa saat ini sangat terbatas, yakni hanya ada 15  pompa berkapasitas 6 dan 8 inci.

Saat ini semua pompa milik masyarakat dioperasikan selama 24 jam untuk menyedot air dari Saluran Induk Sindupraja yang selanjutnya dialirkan ke Sungai Cibuaya. Dari Cibuaya baru dialirkan dengan pompa ke areal sawah milik petani.

“Sawah ini biasanya dialiri air dari Sungai Cibuaya, namun karena Sungai Cibuaya mengering akhirnya harus menyedot air dari Saluran Induk  Sindupraja, kemudian dialirkan ke Cibuaya baru dipompa lagi ke sawah. Makanya biaya operasional mahal dan tidak bisa dengan pompa kecil ukuran 3 inci,” ungkap Kepala Desa Carsidik.

Disampaikan Carsidik, kondisi seperti ini sebetulnya hampir setiap tahun terjadi akibat Sungai Cibuaya lebih cepat mengering. Biasanya sawah dialiri air dari Sungai Cibuaya, namun sekarang Sungai Cibuaya terjadi pendangkalan yang cukup parah.

Baca Juga: Sistem PPDB Belum Siap, Komisi III DPRD Kota Cirebon Minta Disdik Temui Pihak Telkom

Akibat pendangkalan dan penyempitan lebar sungai tersebut, di saat musim penghujan mudah banjir dan airnya membanjiri pesawahan, sebaliknya di saat kemarau sungai mudah kering dan sawah tidak bisa dialiri air.

“Kemungkinan gagal panen ini pun sejak awal sudah diduga  karena petani terlambat tanam saat MT II. Andai saja begitu panen langsung ditanami lagi kondisi tanaman tidak akan separah ini, namun masih bisa tertolong karena usia tanaman sudah lebih tua,“ ungkap Carsidik yang berharap ada solusi dari Pemerintah untuk para petani.

Menurutnya, hampir sebagian besar petani di wilayahnya ikut menajdi peserta asuransi pertanian untuk mengantisipasi gagal panen. Namun dari polis asuransi pendapatannya tidak sebesar jika sawah dipanen dengan normal.

“Kalau asuransi kan hanya diperoleh Rp 6.000.000.000-an per hektare, itu pun jika POPT menyetujui ajuan. Sedangkan bila dipanen, pendapatan petani bisa lebih dari nilai asuransi,” tambah Kepala Desa Carsidik.(Tati).***

Halaman:

Editor: Iwan Junaedi

Sumber: Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah