Akibatnya, pelanggannya yang biasa dipasok menetapkan harga rendah dengan alasan stok masih tersedia serta penjaualan lesu.
Senada disampaikan Barsel, pemilik penggilingan di Desa Sumber, yang biasa mengirim ke Bandung dan toko–toko yang menyiapkan sembako serta pasar tradisional.
Dia mengaku merugi sekitar Rp 3.000.000 untuk 10 ton pengiriman ke Bandung.
“Rugi tiga perak dari sekilo juga kalau banyak lumayan besar. Sekarang penjualan beras memang lagi lemah, itu dialami hampir sebagian besar pemilik penggilingan,” ungkap Barsel.
Dia menyebutkan, pabriknya tetap jalan hanya kini lebih hati–hati dan jumlah gilingan tidak terlalu banyak seperti biasanya guna menghindari kerugian.
Baca Juga: Gondol 53 Medali Emas, SMA Negeri 1 Cirebon Raih Juara Umum Popkota Tingkat SMA/SMK ke -7 Kali
Saat ini hanya giling ketika pesanan ada dan jumahnya disesuaikan.“Kalau ada pesanan giling sesuai permintaan. Stok beras sebagai antisipasi kalau ada pesanan mendadak, “ katanya.
H Alan, pemilik penggilingan di Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati kini hanya giling untuk mempertahankan pelanggannya di Bandung walaupun harga pembelian gabah dengan harga jual tidak sebanding.
“Harga jual sekarang Rp 12.600 per kg ini sebenarnya tidak tertutupi. Kalau harga jual Rp 13.000 masih seimbang, karena harga pembelian gabah lebih dari Rp 825.000,” ungkap H Alan.