Baca Juga: Persib Legend for GP Ganti Nama Jadi BOLDS Setelah Dipermasalahkan PT PBB
Gabah yang digilingnya diperoleh dari bandar asal Ujungjaya, Sumedang, serta beberapa daerah lainnya di Kecamatan Kertajati.
Ahdi, pemilik penggilingan lainnya kini hanya menerima pesanan gilingan padi dari petani dan pabriknya hanya beroperasi seminggu tiga kali.
"Ini dilakukan untuk mengurangi beban operasional yang lumayan besar. Karena biaya listrik untuk mesin lumayan tinggi ditambah upah kerja sebanyak dua orang,” lirihnya.
Baca Juga: 3 Mahasiswi IAIN Cirebon Sabet Juara di Kejuaraan MTQ
Malah menurut Ahdi, satu orang pekerja kini keliling menawarkan jasa upah giling yang diambil ke rumah–rumah setelah selesai di giling dikirim kembali kepada pemiliknya.
“Pagi–pagi seorang pekerja sudah keliling menawarkan jasa giling, pagi diambil, siang atau sorenya beras dikirimkan ke pemilik. Dari sana ada jasa giling ditambah ongkos angkut Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per karung tergantung jarak. Yang penting pabrik jalan, ada untuk makan dan upah kerja,” ungkap Ahdi.
Supriyanto dan Barsel mengaku bingung dengan stok gabah yang ada di pabrik. Dipaksakan di giling rugi, di simpan juga khawatir kerugian lebih besar jika tiba–tiba harga gabah dan beras anjlok akibat adanya operasi pasar.(Tati/KC).***
Dapatkan informasi terbaru dan populer Kabar Cirebon di Google News.