Pengasuh Ponpes Baitul Kilmah Sampaikan Kritik Lewat Surat Terbuka untuk Menag Yaqut

- 3 Maret 2024, 15:40 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Baitul Kilmah Yogyakarta, KH. DR. Aguk Irawan MN, menyampaikan kritik melalui surat terbuka untuk Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Baitul Kilmah Yogyakarta, KH. DR. Aguk Irawan MN, menyampaikan kritik melalui surat terbuka untuk Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas. /IST /

Begini cerita singkatnya; bulan Desember 2023 kemarin Kemenag (dalam hal ini Kanwil DIY) telah mengumumkan seleksi pendaftaran calon petugas haji 2024 dari berbagai unsur, termasuk dari unsur Pesantren, dan saya salah satu pendaftar yang mendapat rekomendasi dari Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) untuk ikut mendaftar seleksi itu.

Baca Juga: Tekan Lanju Inflasi, Pemkab Majalengka Berencana Membangun Pasar Induk Sayuran di Kadipaten

Tahapan demi tahapan secara prosedur sudah saya lewati. Setidaknya ada 5 surat legal-formal yang sampai kepada saya, pertama pengumuman lulus administrasi, lalu lulus seleksi tahap 1, lulus seleksi tahap 2, surat pemberitahuan cek kesehatan MCU dan koordinasi tahap awal calon petugas haji dari DIY di awal bulan Februari, semua tertulis dengan stempel, lengkap dengan kop surat dan tandatangan.

Tapi tiba-tiba saya didiskualifikasi tanpa penjelasan, tanpa pemberitahuan pula melalui surat formal. Padahal banyak ucapan selamat dari keluarga, kolega, kiai dan sahabat atas terpilihnya saya sebagai calon petugas haji (satu-satunya) mewakili pesantren di DIY, tapi ternyata perjuangan ini harus berhenti, Kanwil tidak menyertakan nama saya sebagai salah satu peserta Bimtek, padahal sekali lagi saya dinyatakan sudah lulus tahapan demi tahapan seleksi. 

Apakah saya berhenti mencari keadilan? Tidak. Sejak kabar pendiskualifikasian via wa itu saya terima, saat itu juga saya langsung menghadap pihak-pihak terkait. Awalnya, penjelasan yang saya peroleh berkelit soal birokrasi, tetapi kemudian dengan jujur pihak terkait itu mengatakan perihal yang sesungguhnya, bahwa keputusan ini terpaksa diambil karena ada tekanan dan arahan dari atasan dan menurutnya memang saya satu-satunya calon petugas haji 2024 yang terdiskualifikasi. 

Baca Juga: Polres Cirebon Kota Laksanakan Apel Gelar Pasukan Operasi Keselamatan Lodaya 2024

Sayapun bertanya kenapa beliau ditekan? Dijawab dengan sangat berat dan terbata-bata, ini semua karena faktor politik.

Saya pulang dengan membawa rasa penasaran, persoalan politik apa yang dimaksud? Apakah karena selama ini tulisan-tulisan saya terkait Ormas yang saya cintai dan lainnya dirasa terlalu kritis, sehingga menganggu atau bagaimana? Jika ini alasannya, saya sangat tidak yakin, karena saya yakin beliau-beliau pasti paham sekali, bahwa kritik sama pentingnya dengan apresiasi, yaitu sebuah cara untuk mencintai dengan cara berbeda. Lebih-lebih Kemenag yang sedang menekankan pentingnya meritokrasi, toleransi dan moderasi bagi kelompok lain, atau masalah lain, misal apakah faktor berbeda pilihan politik? Jika alasan ini, bukankah dalam sistem demokrasi berbeda itu adalah wajar, bahkan kebaikan?

Sedangkan saya, --seburuk-buruknya, masih bagian dari rumah besar yang sama yaitu nahdliyin. Saya tidak perlu menuliskan deretan angka betapa banyak saya pernah berkhidmah di organisasi ini, mulai dari tingkat bawah sampai pusat, pembaca bisa menengok sendiri di laman online. Selain dari pada itu, hampir saja setiap minggu saya tidak pernah absen berkhidmah, khususnya sebagai pemateri di berbagai acara yang diselenggarakan oleh rumah besar itu.

Baca Juga: Inilah Pengakuan Orang Tua yang Bangga Anaknya Kerja di Bank BTPN Syariah

Halaman:

Editor: Fanny Crisna Matahari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah